27 Oktober 2013

Luhan, Wo Ai Ni

Title: Luhan, Wo Ai Ni
Author: Lee Yong Mi
Main Cast:
  1. EXO-M Lhan
  2. EXO-K Chanyeol
  3. Liu Zi Dun (OC)
Additional Cast:
  1. Shin Hye Soo (OC)
  2. Shin Hye Na (OC)
Length: One Shoot
Genre: Angst, Happy-end
Rating: PG-15
Disclaimer:
Semua cast milik Tuhan YME :) Fanfiction & plot cerita milik author. Please, no silent readers or plagiator. Don’t bash! It’s just a fanfiction.

Happy reading ^^
~~~
luhan-wo-ai-ni

Luhan, Wo Ai Ni …
“LUHAN!!!”
Liu kembali terbangun dari tidurnya. Untuk kesekian kalinya, ia kembali memimpikanhal yang sama. Perlahan, ia mengusap air matanya yang terjatuh.
“Bodoh … aku masih belum bisa melupakannya….”
Ia terisak kecil, kali ini membiarkan air matanya mengalir dengan deras.
“Maafkan aku, Chanyeol … aku masih mencintainya….”
~~~

“Liu~!”
Grep.
Liu sedikit terkejut ketika ia merasakan dua buah lengan melingkar di pinggangnya secara sempurna dan pundaknya terasa berat. Lagi-lagi ia, pikir Liu.
“Park Chanyeol, lepaskan tanganmu dari pinggangku. Bagaimana nanti ada yang melihat kita?” gerutu Liu seraya berusaha untuk melepaskan lengan Chanyeol, namun ia merasakan gelengan kecil di dekat lehernya.
“Shireo~! Kita tidak bertemu selama 1 minggu! Apa kau tidak merindukanku??”
Chanyeol memang baru saja menyelesaikan konser EXO di beberapa negara dalam 1 minggu, membuat ia tidak dapat bertemu dengan Liu karena Liu sendiri harus mengurusi pekerjaannya sebagai seorang penulis—yang berarti ia harus tetap berada di depan laptop selama lebih dari 5 jam untuk menuangkan ide-idenya dalam bentuk sebuah cerita.
“Huft, padahal kau bisa membawa laptopmu dan mengikutiku.” Ucap Chanyeol seraya memajukan bibirnya, tampak lucu karena ia tidak terbiasa untuk melakukan hal itu. Liu tertawa kecil. Ia menggerakkan tangan kanannya, berusaha untuk mengacak-acak rambut Chanyeol—namun sayangnya Chanyeol masih terlalu tinggi untuk diraih.
“Maaf. Kau tahu bahwa aku tidak bisa berkonsentrasi jika bukan di rumahku sendiri.” Ucap Liu. Ia membalikkan badannya menghadap Chanyeol, lalu tangannya mencubit kedua pipi Chanyeol gemas, “Jangan bertingkah imut, Tuan Park. Kau terlihat menggemaskan.”
“Menggemaskan? Seperti inikah?”
Tiba-tiba saja Chanyeol mendekatkan wajahnya pada Liu—bahkan ia dengan sengaja menghembuskan nafasnya!—membuat Liu sedikit terkejut.
“Apa yang kau—“
Belum sempat Liu menyelesaikan kalimatnya, wajahnya dengan cepat merona karena Chanyeol mengecup puncak kepalanya, lembut.
“Tetaplah tersenyum seperti ini, ya?” ucap Chanyeol yang membuat Liu menunduk. Ia tidak mau Chanyeol melihat wajahnya yang memerah seperti tomat. Chanyeol tertawa kecil, kemudian ia mengusap rambut Liu penuh kasih sayang,
“Aku mencintaimu.”
Liu kembali menunduk, namun bukan untuk menyembunyikan rona wajahnya.
Ia merasa bersalah.
Bersalah karena ia masih mencintai laki-laki itu …
~~~
“Hyena unnie!! Hye Soo unnie!!”
Liu sedikit terkejut melihat Hyena dan Hye Soo mengunjunginya secara tiba-tiba. Hye Soo tersenyum cerah. Ia menuntun Hyena untuk masuk ke dalam rumah Liu dengan perlahan, takut jika bayi di kandungan Hyena akan merasa terganggu karena mereka berjalan terlalu cepat.
Ya, Hyena telah menikah dengan Leeteuk, bahkan sedang mengandung anaknya.
“Unnie, kandunganmu semakin besar! Aku penasaran apa nanti anakmu laki-laki atau perempuan!” ucap Liu riang. Hyena tersenyum tipis.
“Terima kasih, Liu. Aku sengaja tidak menanyakannya pada dokter agar ini menjadi kejutan saat aku melahirkan nanti. Leeteuk oppa berharap dia perempuan, padahal aku maunya laki-laki.” Ucap Hyena. Ia mengusap perutnya yang sudah membuncit.
“1 bulan lagi, unnie. Kau tidak boleh banyak bergerak, tetaplah beristirahat dengan baik! Aku tidak mau keponakan pertamaku ini merasa sakit!” pesan Hye Soo seraya tertawa kecil. Ia menoleh ke arah Liu, “Bagaimana dengan hubunganmu dan Chanyeol?”
Wajah Liu merona, “Kami baik-baik saja, unnie. Chanyeol memang agak sibuk sekarang, terlebih dia sedang mempromosikan Growl bersama dengan EXO.” Jawabnya. Hye Soo terdiam, dan detik berikutnya ia segera bertanya.
“Apa kau masih mengenangnya?”
Kali ini Liu-lah yang terdiam. Ia tahu siapa yang dimaksud oleh Hye Soo. Apakah ia masih mengenangnya? Mengenang laki-laki itu?
“… Tidak. Aku tidak pernah mengenangnya sama sekali.” Jawab Liu seraya tersenyum.
Dan ia berbohong.
~~~
Beberapa minggu terakhir ini Chanyeol benar-benar sibuk, sehingga ia tidak dapat menemui Liu. Hanya pesan singkatlah yang masih menghubungkan mereka, sehingga Liu dapat menghela nafas lega karena Chanyeol selalu menghubunginya kapan pun ia mempunyai waktu untuk beristirahat.
From: Chanyeolie~
Aku merindukanmu.
Liu terhenyak. Rasa bersalah kembali melanda dirinya, bahkan jauh melebihi yang dulu. Bagaimana mungkin ia sedang memikirkan laki-laki lain disaat ia menerima cinta yang begitu besar dari Chanyeol? Ia harus segera melupakannya.
To: Chanyeolie~
Aku juga merindukanmu, Tuan Park. Cepatlah kembali, aku menunggumu.
Kebohongan lain pun kembali tercipta.
~~~
Malam itu, Liu terpaksa harus kembali ke rumahnya pukul 10 malam. Pertemuannya dengan pimpinan redaksi yang menerbitkan novelnya membuat ia terlibat dalam pembicaraan panjang dan harus berakhir dengan dirinya yang terlambat untuk pulang ke rumah.
Jalanan sangat sepi saat itu. Liu mempercepat langkahnya, sedikit takut jika apa yang dibayangkannya terjadi. Ia seorang penulis, dan biasanya seorang penulis pasti mempunyai imajinasi tinggi akan ‘hal-hal yang mungkin terjadi disaat kau pulang sendirian ke rumah pada larut malam’. Jadi jangan diherankan jika ia sangat ketakutan malam itu.
Tap tap tap
Liu tersentak ketika ia mendengar langkah kaki yang sangat jelas di belakangnya, seakan langkah itu mengikutinya. Ia segera menoleh, dan ia mendapati seseorang berdiri tidak jauh darinya, mengikuti langkahnya.
Kali ini Liu tidak main-main dalam mempercepat langkahnya. Ia bahkan berlari, dan orang itu juga ikut berlari. Detik ketika Liu merasa lelah—dan secara tidak sadar larinya pun melambat—orang itu mencengkram lengannya.
Belum sempat Liu berteriak, ia justru merasakan sebuah kehangatan menjalar di tubuhnya ketika orang itu mendekapnya erat.
Sebuah kehangatan yang sudah lama tidak ia rasakan.
“Kumohon, kembalilah …”
Dan juga, suara dari seseorang yang sangat ia rindukan.
“Lu … Luhan….”
~~~
Jika Liu bisa memilih, maka ia akan memilih untuk kabur dari situasi ini. Ia … tidak ingin melihat wajah memohon yang sekarang berasal dari laki-laki di hadapannya itu.
“Kembalilah….”
Kata itu adalah kata yang sangat diharapkan oleh Liu, beberapa tahun yang lalu.
“Tidak. Aku tidak bisa kembali, Luhan. Aku sudah bersama dengan Chanyeol.” Ucap Liu datar—lebih tepatnya, berusaha untuk terkesan datar agar Luhan tidak tahu bagaimana perasaannya yang tidak karuan saat itu. Setidaknya ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Luhan.
“Apa aku sudah terlambat?” tanya Luhan lemah. Liu mengangguk.
“Sangat terlambat, Tuan Xi. Sekarang, ada baiknya kau kembali ke dorm-mu sebelum anggota yang lain mencarimu, dan aku juga tidak ingin Chanyeol melihat kau berada disini.”
Maafkan aku, Luhan … Liu meremas ujung bajunya, merasa sakit akan apa yang baru saja ia lontarkan. Luhan benar-benar terlihat kecewa saat itu.
“Aku—“
Bunyi nyaring terdengar dengan jelas. Liu segera memeriksa handphone-nya, dan tertera satu nama disana.
Chanyeolie~
Calling…
“Ha—halo?”
“Liu? Aku sangat merindukanmu!”
Suara Chanyeol sekarang terdengar dengan jelas, membuat Liu terbelalak.
“Sekarang aku berada di depan rumahmu. Bisakah kau membuka pintu untukku?”
Astaga. Liu tidak tahu lagi harus melakukan apa ketika melihat raut wajah Luhan—dan entah sejak kapan Luhan telah berdiri di hadapannya.
“Tu—tunggu sebentar, Chanyeol …”
Liu tercekat ketika Luhan menjauhkan handphone itu dari tangannya, bahkan ia mematikan sambungan telepon itu dengan cepat.
“Luhan, apa yang kau laku—“
Perkataan Liu kembali terpotong karena Luhan mendekapnya erat.
“Kembali, kumohon?”
Liu sangat ingin membalas pelukan itu, namun ia segera menggeleng dan mendorong Luhan … kasar.
“Pergilah! Kumohon, pergilah.”
“Aku tahu aku memang brengsek, Liu! Tapi aku benar-benar mencin—“
“Jangan katakan!! Jangan membuatku merasa ragu lagi, Luhan!”
Bentakan Liu tersebut berhasil membuat Luhan terdiam. Liu terengah. Ia segera mengalihkan pandangannya dari Luhan.
“Kau … masih mencintaiku?”
Liu merasa tertampar. Lagi-lagi, Luhan semakin membuatnya bimbang. Di alam mimpi, maupun di alam nyata … ia selalu memikirkan Luhan, padahal ia telah memiliki Chanyeol.
“Pergi, Luhan …”
Semua tenaga Liu telah menghilang. Ia hampir saja jatuh terduduk di atas lantai jika Luhan tidak segera menahannya.
Dan semua itu, dilihat oleh seorang Park Chanyeol yang membuka pintu rumah Liu.
~~~
Buak!
Chanyeol memukul dinding kamarnya dengan keras. Bayangan disaat Luhan memeluk Liu semalam membuatnya menjadi gila. Ia hampir saja mengamuk, namun melihat wajah Liu yang benar-benar lelah membuatnya berusaha untuk menahan emosinya. Ia segera membawa Liu untuk masuk ke kamar, membaringkannya di atas tempat tidur, kemudian menyelimutinya.
Lalu ia menyuruh Luhan untuk segera pulang.
Luhan menurutinya. Ia melangkah pergi, sedangkan Chanyeol sendiri segera menunggui Liu untuk tertidur. Entah berapa banyak kata ‘maaf’ yang terlontarkan dari bibir Liu, dan segera dibalas Chanyeol dengan ‘tidak apa-apa’.
Tapi nyatanya, sekarang ia mengamuk. Baekhyun—yang merupakan teman sekamarnya—segera keluar agar tidak menjadi sasaran amukan dari Chanyeol.
Tok tok.
Chanyeol segera menoleh, dan emosinya kembali meninggi ketika ia melihat Luhan-lah yang mengetuk pintu kamarnya.
“Liu adalah mantan pacarku.”
Tangan Chanyeol terkepal, bersiap untuk menghajar Luhan jika ada sedikit pun kalimat tidak menyenangkan yang keluar dari mulutnya itu.
“Dan aku masih mencintainya, Chanyeol.”
BUAK!
Satu pukulan telak yang Luhan dapatkan, membuat sudut bibirnya berdarah. Ia menatap Chanyeol datar, seakan apa yang Chanyeol lakukan itu sama sekali tidak memberikan rasa sakit baginya.
“Lalu kenapa? Aku yang memiliki Liu saat ini, Luhan hyung.” Balas Chanyeol seraya tersenyum miring. Luhan menggeleng.
“Dia akan segera kembali padaku.”
BUAK!
Satu pukulan kembali mendarat di wajahnya, dan pukulan itu berhasil membuatnya meringis.
“LIU MILIKKU SEKARANG, HYUNG! JANGAN MENGGANGGUNYA, KARENA AKU SANGAT MENCINTAINYA!!”
Bentakan Chanyeol itu seakan menusuk hati Luhan. Cinta?
“Aku yang lebih dulu mencintainya, jadi sudah seharusnya aku yang memiliki Liu, Park Chanyeol!” ucap Luhan. Titik kesabaran Chanyeol telah mencapai batas limit.
“Aku akan membunuhmu, hyung.”
“Coba saja.”
“AAAAAAARRGGGHHHH!!” Chanyeol mengerang. Ia hantamkan tangannya pada kaca di sebelah dirinya, dengan kuat.
PRANG!
Kaca itu hancur dan jatuh ke bawah, bersamaan dengan darah yang mengalir di tangan Chanyeol. Luhan masih menatap semua itu dengan datar, sampai akhirnya Chanyeol berbicara.
“Apa pun yang terjadi, hyung…. Jika kau berusaha untuk merebut Liu dariku, maka kau harus melangkahi mayatku terlebih dahulu.”
Luhan tersenyum sinis.
~~~
“LUHAN!!!”
Liu terengah. Mimpi itu kembali mendatanginya, yaitu mimpi dimana Luhan berada disana, memintanya untuk kembali. Disaat ia melangkah mendekati Luhan, langkahnya justru terhalang oleh sesuatu, membuat Luhan semakin menjauh darinya….
Ia kembali menangis.
“Aku membencimu, Luhan…. Seharusnya aku membencimu….”
Tempat tidurnya bergetar. Liu segera menyadari bahwa getaran itu berasal dari vibrasi handphone-nya. Ia meraih handphone itu, lalu memeriksa sebuah pesan yang baru saja masuk.
From: Chanyeolie~
Aku ingin bertemu. Bisakah kau datang ke dorm?
“Datang ke dorm? Berarti … bertemu dengan Luhan….” gumam Liu pelan. Ia meringis, sedikit tidak percaya bahwa takdir sedang mempermainkannya juga saat itu.
To: Chanyeolie~
Tunggu sebentar. Aku baru bangun tidur, hehe :)

From: Chanyeolie~
Dasar kau. Aku tidak mau calon istriku ini lebih malas daripada aku.
Deg.
Disaat itu, Liu sangat ingin membunuh dirinya sendiri.
Calon istri?
~~~
Ting tong~
Wajah Suho adalah wajah pertama yang dilihat oleh Liu. Ia tersenyum canggung, karena ini adalah pertama kalinya ia melihat wajah Suho dari dekat—sebelumnya ia melihat Suho dari jauh, disaat EXO sedang perform di atas panggung.
“Masuklah, Liu~ Chanyeol telah menunggumu. Lurus dari sini, pintu ketiga di sebelah kiri.” Ucap Suho dengan senyum angelic-nya, sedikit menenangkan hati Liu. Ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Suho, lalu bergegas menuju ke arah yang ditunjuk olehnya.
Kriet….
Liu membuka pintu itu secara perlahan, dan alangkah terkejutnya dia melihat Chanyeol yang berdiri dengan mengenakan sebuah tuxedo. Ia tampak … sangat tampan.
“Liu … selamat datang….” ucap Chanyeol seraya tersenyum, membuat Liu semakin merasa canggung. Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Chanyeol?
“Chan—Chanyeol-ah, ada apa ini …? Kenapa … kau mengenakan tuxedo?” tanya Liu bingung dan terbata. Pikirannya telah dipenuhi oleh berbagai kemungkinan yang akan Chanyeol katakan, termasuk –
“Aku tidak akan banyak berbasa-basi. Maukah kau menikah denganku?”
–melamarnya …
“Terima saja, Liu!”
Liu segera menoleh. Ia terbelalak melihat semua anggota EXO telah berdiri di depan pintu—termasuk Luhan.
“A—aku …” Liu kembali terbata. Ia melihat wajah Luhan yang benar-benar terlihat memohon padanya, namun mengingat semua yang telah dilakukan oleh Luhan …
Ia harus segera melupakannya.
“Aku menerimamu, Chanyeol …”
Semua anggota EXO—minus Luhan, tentu saja—bersorak gembira. Chanyeol tersenyum lebar. Ia mendekat pada Liu, menyentuh dagunya dan mengangkatnya pelan.
“Bo—bolehkah … aku menciummu?”
Beberapa anggota EXO bersorak riuh. Hal itu tidak ada di dalam skenario yang telah mereka rencanakan—disaat Liu menerika lamaran Chanyeol, lalu mereka akan segera menyebarkan berita bahagia ini pada publik—tapi sekarang, Chanyeol menambah skenario mereka!
Liu terdiam. Ia sama sekali tidak dapat menjawab pertanyaan Chanyeol. Dan bodohnya, Chanyeol menganggap kediaman Liu itu sebagai tanda ‘ya’, karena itulah ia mendekatkan wajahnya pada Liu, bersiap untuk menciumnya di depan semua anggota EXO.
Dan ketika dua bibir itu bertemu, Luhan melangkah pergi.
~~~
Liu merenung. Setelah semua yang terjadi, ia sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Terlebih, ia takut jika ia memilih untuk tidur, maka bayangan Luhan kembali muncul dalam mimpinya.
“Lupakan, Liu… Lupakan!” gumamnya pada dirinya sendiri. Ia harus segera melupakannya, atau—
Jreng …
Liu tersentak. Siapa yang memainkan gitar di malam seperti ini? Bahkan suaranya terdengar sangat jelas—tunggu dulu.
Tap tap tap. Brak!
Liu membuka jendela kamarnya kasar. Ia segera melangkah ke arah balkon—dan matanya terbelalak melihat Luhan yang berdiri di halaman rumahnya, dengan gitar yang berada di tangannya.
“Jangan menangis.” Ucap Luhan pelan, namun itu justru membuat air mata Liu jatuh begitu saja.
“Ke … kenapa kau berada disini, Luhan?” tanya Liu. Suaranya terdengar serak, membuat Luhan menunduk.
“Aku … ingin membuatmu berhenti menangis….”
Dan sebuah intro lagu pun terdengar. Baby Don’t Cry.
Baby don’t cry, tonight dang hei ye zai ci liang qi lai
Baby don’t cry, tonight jiu dang zuo mei fa sheng guo yi yang …

Sungguh, Liu ingin segera menerjukan dirinya, memeluk Luhan erat.
Ni yong yuan dou bu hui hua cheng xiang pao mo yi yang
Nan dao ni bu zhi dao ma
So baby don’t cry, cry wo de ai shou hu ni bu fen kai …

Luhan berhenti. Tanpa ragu ia menerobos masuk ke dalam rumah Liu, berlari menaiki tangga dan membuka pintu kamarnya, kemudian berlari ke arah balkon dan memeluk Liu erat.
“Luhan … katakan sekali lagi. Katakan arti lagu itu … hiks, untukku….”
Luhan hanya dapat tersenyum, walau hatinya sungguh sakit melihat Liu yang menangis di dalam pelukannya.
Setelah kelam menghampirimu,janganlah kau menangis malam ini.
Luhan melepas dekapannya. Tangannya perlahan mengusap air mata Liu. Ia tersenyum tipis, berusaha memberikan kekuatan padanya.
Setelah semua ini terjadi, janganlah kau menangis malam ini.
Ia meletakkan kedua tangannya di balik telinga Liu, membuat Liu hanya bisa menatapnya.
Semua ini akan berlalu dengan cepat.
Perlahan, Luhan mendekatkan wajahnya pada Liu, membuat perempuan itu menutup matanya, menantikan apa yang terjadi.
Cintaku akan tetap melindungimu, Aku mohon janganlah kau menangis malam ini.
Dan bibir Luhan pun menyentuh bibir Liu, dengan perlahan seakan takut jika ia akan membuat bibir itu rapuh dalam sekejap.
“Maafkan aku, Liu … Aku memang bodoh, menyadari perasaanku sendiri disaat kau telah berada di sisi Chanyeol … Tapi aku benar-benar mencintaimu.” Bisik Luhan di sela ciumannya dengan Liu, lalu ia menarik Liu ke dalam dekapannya, seakan tidak ingin moment itu berakhir.
Sebuah ciuman manis … yang telah didambakan oleh Liu selama ini dari seorang Xi Lu Han…. Ia juga tidak ingin semua itu segera berakhir.
Sayangnya, ada sebuah kenyataan yang harus ia hadapi.
~~~
PLAK!
Liu terpekik, bahkan semua anggota EXO pun terbelalak ketika melihat seorang perempuan trainee menampar wajah Luhan keras.
“Kau harus bertanggung jawab, Luhan! Ini anakmu!!”
Kali ini, giliran Liu yang merasa tertampar. Baru saja semalam Luhan berubah, menjadi Luhan yang dulu, yang baik padanya … sekarang Luhan harus menanggung akibatnya atas perbuatan kasarnya?
“Apa? Aku tidak pernah melakukan—“
“Kau pernah!! Saat kau sedang mabuk, Luhan! Apa kau ingat saat dulu kau sadar di sebuah ruangan hotel dan bajumu berserakan?”
Wajah Luhan memucat, dan Liu segera menyadari bahwa dugaannya benar.
Ia tidak akan pernah bisa bersama dengan Luhan, sampai kapan pun itu.
~~~
“Aku—“
“Jangan sekarang, Luhan. Aku sedikit pusing.”
Liu memijit kepalanya. Rasa pusing itu kembali mereda, namun beberapa detik kemudian ia kembali datang dan menyerang kepalanya.
“Aku … aku sama sekali tidak tahu bahwa aku pernah melakukannya, Liu!” ucap Luhan membela diri. Liu tidak menjawab sama sekali, “Oke! Aku tahu kalau aku memang sangat brengsek dulu, mempermainkan hati banyak perempuan—bahkan dirimu—dan meninggalkan mereka semua. Tapi aku benar-benar mencintaimu! Saat ini, detik ini, bahkan sampai kapan pun aku akan selalu mencintaimu, Liu!!”
“Benarkah kau mencintaiku, Lu?”
Lu. Jika Liu telah memanggil Luhan dengan Lu, maka jelas ia terdengar ragu. Perlahan, kepercayaannya pada Luhan seakan menghilang….
“Kau … tidak mempercayaiku?” tanya Luhan tidak percaya. Liu terdiam, tidak berani menatap wajah Luhan yang … terlihat kecewa, “Kau benar-benar tidak mempercayaiku, Liu?”
Liu sangat ingin mempercayai Luhan, tapi dengan kondisi ini … bagaimana ia bisa mempercayainya?
“Lu, terkadang aku berpikir.” Ucap Liu pelan, sedikit menggigit bibir karena ia sangat ragu untuk mengucapkan hal ini pada Luhan, “Sepertinya … kita memang tidak ditakdirkan untuk bersatu.”
Sekejap, raut wajah Luhan berubah. Ia sama sekali tidak suka akan apa yang dikatakan oleh Liu.
“Setiap kali kita mau bersama, selalu ada yang menghalangi kita, Lu.” Ucap Liu lagi. Ia menarik nafas dalam, sangat ingin mencegah agar dirinya tidak mengatakannya—namun ia harus segera mengatakannya,
“Tidakkah kau pikir bahwa takdir pun ikut menghalangi kita?”
~~~
“Selamat!!”
Liu tersenyum tipis. Hye Soo dan Hyena telah berada di dalam ruangan khusus mempelai wanita dan memberinya ucapan selamat.
“Aku tidak menyangka kau akan menikah secepat ini, Liu! Kalau begini, aku harus mencari pasangan!” ucap Hye Soo, membuat Hyena tertawa keras.
“Kau tidak perlu susah mencari, Soo-ah! Lihat, Kris bahkan mengejarmu seperti orang gila!” goda Hyena yang membuat wajah Hye Soo merona merah.
“Hye-ya, kau sama sekali tidak membantuku.”
“Aku sengaja untuk melakukannya.”
Liu hanya dapat tersenyum. Ia melihat ke arah luar pintu, berharap seseorang akan muncul, menghentikan pesta ini, atau membawa ia kabur pun tidak masalah.
Sayangnya, setelah pembicaraan beberapa minggu yang lalu, orang itu tidak pernah lagi muncul di hadapan Liu.
“Mencari Chanyeol, huh? Apa perlu aku memanggilnya, Liu?” sekarang Hyena menggoda Liu. Liu hanya tertawa kaku.
“Mungkin unnie perlu memanggilnya …” jawab Liu, terdengar sedikit bimbang. Hyena tertawa dan ia pun melangkah keluar, menuju ke arah ruangan mempelai pria. Hye Soo segera mendekati Liu.
“Kau menunggu Luhan, Liu?” tanya Hye Soo to the point. Liu terbelalak, “Mudah saja. Aku bahkan bisa melihat dari gerak-gerik kalian berdua. Dan aku sudah mendengar semua yang terjadi …”
Liu menelan ludah. Ia takut untuk mendengar apa yang akan dikatakan oleh Hye Soo.
“Maaf, Liu. Aku tidak bermaksud untuk mengatakan hal ini … tapi mengapa kau tidak menyerah saja? Kalian seakan tidak akan pernah bersatu lagi.”
Perkataan yang sama dengan yang pernah dikatakan oleh Liu pada Luhan.
“Kau benar, unnie … Kami memang tidak dapat bersama. Tidak akan … dapat bersama….”
Kristal bening itu kembali jatuh dari pelupuk matanya.
~~~
Liu melangkah ke arah altar, diiringi dengan sang ayah. Ayahnya tampak bangga dengan pernikahan putri tercintanya, sedangkan sang Ibu menitikkan air mata bahagia, melihat satu-satunya putri mereka akan segera menikah.
Tepat ketika kakinya menginjak altar, ia menghela nafas.
Selamat tinggal, Xi Lu Han …
Chanyeol seakan kehilangan senyumnya. Ia tahu bahwa sorot mata Liu itu bukanlah untuknya, melainkan untuk sosok laki-laki yang bahkan tidak terlihat sama sekali disana.
Akankah keegoisan mengambil alih hatinya? Toh, ia juga yang menjaga Liu selama ini. Seharusnya ia yang lebih berhak memiliki Liu.
Tapi Chanyeol salah. Seseorang yang berhak memiliki Liu adalah seseorang yang ia cintai. Mungkin Chanyeol dan Liu telah bersama selama beberapa tahun, tapi apakah itu cukup untuk membalas penantian Liu akan seorang Xi Lu Han? Bukankah melupakan sebuah cinta yang tulut itu sangatlah sulit?
Chanyeol merutuki dirinya sendiri. Mengapa ia baru menyadarinya sekarang? Dan juga, dimana laki-laki bodoh nan tolol itu? Seharusnya ia segera menghentikan pernikahan mereka—jika ia memang benar mencintai Liu!
“TUNGGUUUUUU!!!!!!!!!”
Sebuah teriakan yang membuat Chanyeol mendesah lega. Ya, ia lega.
Setidaknya ia tidak akan menghalangi takdir orang lain untuk bersama….
“Mempelai pria telah datang!” ucap Chanyeol seraya melangkah mundur, membuat Liu terkejut melihatnya. Ia hanya memberikan sebuah kedipan pada Liu, lalu ia menarik Luhan naik ke atas altar, “Mempelai pria yang sebenarnya adalah dia.”
Kali ini semua orang terkejut. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Chanyeol?
“Aku sudah merelakan kalian, bodoh. Atau kau masih mau aku yang menjadi mempelai pria?” tanya Chanyeol seraya tersenyum geli. Luhan segera menggeleng, lalu ia memfokuskan dirinya pada Liu. Pak pendeta—yang awalnya bingung—segera melanjutkan acara setelah diberi instruksi oleh Chanyeol.
Dan pernikahan Luhan-Liu pun, berjalan dengan baik.
~~~
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Liu ketika ia dan Luhan telah tiba di hotel tempat mereka akan menginap—atau dapat dikatakan tempat dimana Chanyeol dan dia akan menginap, tapi abaikan saja.
“Setelah melalui proses yang sulit, akhirnya aku berhasil mengungkap siapa ayah dari anak yang dikandung olehnya. Salah satu trainee juga.” Jawab Luhan, tampak tak acuh dengan topik itu. Liu mendengus.
“Kau menyebalkan, Tuan Xi.”
Luhan tersenyum tipis. Ia mendekatkan dirinya pada Liu dan berkata, “Aku suka mendengar caramu memanggilku Tuan Xi. Apa kau mau mengatakannya lagi?”
“Memangnya kenapa, Tuan Xi?”
“Apa kau lupa bahwa kau sekarang adalah istriku, huh?”
Pertanyaan Luhan dalam sekejap membuat Liu tersadar. Ia tidak dalam posisi yang aman.
“Eum … aku mau ke kamar mandi dulu! Ya, kamar mandi!” ucap Liu panik, lalu ia segera berlari ke arah kamar mandi.
Tapi Luhan berhasil menahan lengannya.
“Jangan menghindar~ anggap saja ini sebagai balasan karena aku memperlakukanmu kasar dulu.”
“Tidak …! Lepaskan aku, Luhan! Kyaaaa!!”
“Kau milikku malam ini, dan seterusnya!”
FIN

1 komentar:

  1. EXCUSE ME BUT THIS IS MY FF!
    SAYA ADALAH AUTHOR LEE YONG MI DAN ANDA TIBA-TIBA SAJA ME-REPOST TANPA SEIZIN SAYA? SIAPA ANDA DAN APA HAK ANDA UNTUK ME-REPOST FF SAYA? APA PERLU SAYA MEMINTA PADA SEMUA READERS SAYA UNTUK ME-REPORT SPAM BLOG ANDA SEHINGGA BLOG ANDA DIHAPUS? CIH. HARAP PUNYA RASA MALU DAN HAPUS SEGERA FF SAYA, ATAU ANDA AKAN SAYA LAPORKAN PADA SEMUA ORANG SEBAGAI PLAGIATOR!

    BalasHapus