27 Oktober 2013

We Are Same [KaiSoo// KaiDo]

Tittle: We are Same

Author: @chocoberRIA

Genre: Yaoi, Romance, Angst gagal

Pairing: KaiDO / KaiSoo / JongSoo

Length: Oneshoot

Disclaimer:
D.O milik Kai, Kai milik D.O. Ide cerita dan Kai milik saya.

Warning: Yaoi, BL, OOC, Typo(s), Abal, Cerita pasaran, FULL D.O POV

Summary:
Kau mencintainya, tapi dia mencintai orang lain. Sama sepertiku. Aku mencintai orang yang mencintai orang lain. Tapi aku jauh lebih sakit, karena orang itu selalu mengatakan perasaannya padaku. Aku seakan menikmati kesakitanku. Orang itu kau, Kim Jong In. —Do Kyungsoo

###

Lagi-lagi dia memperhatikan mereka. Memperhatikan dua orang yang kini sedang duduk berhadapan dengan dua bubble tea di hadapan mereka. Memperhatikan mereka dengan pandangan terluka. Aku hanya bisa menghela napas melihatnya seperti itu. Walaupun aku tahu hal itu percuma, karena rasa sesak masih menguasai dadaku.

”Kyungsoo-ah, kapan kau mau membuat makan siang?” Tepukan tiba-tiba di pundakku membuatku terlonjak kaget. Ternyata Baekhyun Hyung.

”Sebentar lagi, Hyung. Memangnya kenapa? Tumben sekali kau bertanya.”

”Ani.. Aku hanya ingin membantumu,” Baekhyun Hyung terlihat seperti malu-malu. Ah, aku tahu pasti ada maksud di balik sikapnya sekarang. Baekhyun Hyung terlalu mudah ditebak.

”Kalau begitu, kajja! Kau pasti tidak mau Chanyeol Hyung kelaparan, bukan?” Aku menyeringai dan kulihat ekspresinya jadi terkejut. Aku benar, kan?

”Ya! Bagaimana kau bisa tahu, Do Kyungsoo!?”

”Menebak pikiranmu itu sangat mudah, Hyung,” Kupakai apron-ku, dan menyerahkan apron lain kepada Baekhyun Hyung. Aigo, hyung-ku yang satu ini memang imutnya tidak terbatas. Dia sangat lucu saat memakai apron!

”Benarkah? Padahal Chanyeol saja sulit menebakku,” Ia memanyunkan bibirnya. Aku hanya tersenyum. Kuulurkan beberapa wortel padanya, dengan isyarat agar dia mencucinya.

Kesalahan tidak terletak pada Chanyeol Hyung yang tidak bisa menebak pikiran Baekhyun Hyung, juga bukan pada Baekhyun Hyung yang terlihat sulit ditebak—walaupun itu tidak berlaku bagiku. Salahkan saja mataku yang bisa dengan mudah membaca pikiran orang lain dari gerak-geriknya. Bukan, aku bukan seorang cenayang dan sejenisnya. Aku hanya manusia biasa, seperti kalian. Tapi mungkin aku lebih peka, jadi bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain juga.

Ini menyenangkan? Mungkin menyenangkan untuk kalian yang menginginkannya, tapi tidak untukku. Hal ini membuatku tersiksa. Karena hal inilah aku bisa melihat isi hati namja berkulit agak gelap itu dari tingkah lakunya. Isi hati yang membuatku sangat terluka. Kalau boleh memilih, aku akan memilih tidak memiliki kepekaan ini, agar aku tak terluka saat melihatnya terluka. Seperti saat ini.

Kulirik namja itu dari dapur. Ia memang sedang bermain game, tapi sesekali ia melirik ke dua orang yang masih betah mengobrol di meja makan, walaupun bubble tea mereka sudah habis. Tatapannya itu seolah berkata ”Cepatlah pergi dari situ dan tinggalkan dia sendirian, Oh Sehun”. Lucu sekali dia. Tanpa sadar aku mengulum senyum.

”Kkamjong-ah! Kemarilah!”

Aku memutar kepala ke arah Baekhyun Hyung yang dengan ceria memanggil namja itu. Astaga, apa-apaan dia!?

”Sepertinya Kyungsoo-ah merindukanmu, bantu kami memasak!” Mataku membulat sempurna saat menyadari sosok itu sudah berada di dekat kami. Mau apa dia?

Aigo, seharusnya aku melarangnya ke sini saat ini. Jantungku berdebar sangat kencang, sampai takut namja itu mendengarnya. Saat tangan panjang itu terjulur ingin mengambil mentimun dari tanganku, seketika kutepuk keras tangan itu.

”Aw! Appo, Hyung! Apa yang kaulakukan!?” Kai menjerit sambil mengusap tangannya yang kupukul tadi. Astaga, saking terkejutnya aku, tak sadar kalau aku melukainya.

”Mianhae, Jongie-ah. Tapi sebaiknya kau pergi dari sini, jangan menggangguku,” ucapku sambil mengupas mentimun yang hampir disambar Kai tadi.

”Aku tidak mengganggu, aku hanya ingin membantu. Apa itu tidak boleh?” Oh, berhentilah memasang wajah supermelas itu, Kim Jong In, atau aku akan mengiris tanganku sendiri nanti.

”Masuklah ke kamar. Aku akan memanggilmu kalau makanan sudah siap. Jangan memperhatikan mereka terus-terusan. Aku tidak suka melihat wajahmu yang seolah-olah ingin membunuh Sehun-ah. Tidur dan dinginkan kepalamu,” Aku dapat merasakan tatapan melotot dari Kai, tapi aku tidak peduli. Aku tahu dia pasti bingung kenapa aku tahu isi hatinya. Sudah kubilang, salahkan saja mataku dan perasaanku yang sangat peka ini.

”Bagaimana kau...”

Kutatap mata sayunya itu. ”Kita bicarakan nanti malam saja, Jongie-ah. Aku sedang sibuk sekarang. Tidurlah.” Tak lama setelah aku kembali fokus pada masakanku, kudengar pintu kamarku tertutup setengah dibanting.

***

”Kau berhutang penjelasan padaku, Hyung” Suara berat Kai langsung menyambutku yang baru saja masuk kamar. Aku baru membereskan dapur dan meja makan setelah makan malam tadi.

”Kurasa kau dulu yang harus memberiku penjelasan,” sahutku sambil menarik piama dari tumpukan baju-bajuku. Dapat kurasakan kalau Kai masih menatapku tidak mengerti. ”Tunggu sebentar, aku mau ganti baju dulu,” Aku melangkah keluar kamar, menuju kamar mandi di sebelah dapur. Tidak mungkin aku berganti baju di dalam kamar saat ada Kai, bukan? Oh, mungkin tidak masalah kalau aku tidak memiliki perasaan khusus padanya. Tapi kenyataannya tidak seperti itu.

”Sekarang katakan padaku, apa yang harus kujelaskan padamu,” ucap Kai saat aku duduk di tepi ranjangku. Aku menatap ke arahnya.

”Tentang perasaanmu pada Luhan Hyung,” jawabku tenang. Lebih tepatnya berpura-pura tenang. Kau tahu, jantungku berdetak kencang, kurasa aku tidak siap mendengar jawaban Kai, walaupun sebenarnya aku sudah mengetahuinya.

Kai menatapku tidak percaya. ”Kau tahu kalau aku memiliki perasaan pada Luhan Hyung?” Ia berpindah dari tempatnya semula—ranjangnya—ke sebelahku. Aigo, semoga dia tidak mendengar degup jantungku..

”Aku benar?” Aku menyunggingkan senyum tipis, bersikap seolah aku tidak tahu apa-apa.

Kudengar Kai menghela napas panjang. ”Akhirnya ada juga yang mengetahui kalau aku menyukai Luhan Hyung..” Aku menoleh ke arahnya. Ia mendongakkan kepalanya, pandangannya lurus kepada langit-langit kamar. Tapi aku tahu ia tidak memperhatikan objek itu, ia tidak memandang apa-apa. Hanya menerawang.

”Lalu? Kau mau semua orang tahu kalau kau menyukai Luhan Hyung? Aku bisa saja menyebarkan berita ini, Jongie-ah..” Aku terkekeh.

Dengan cepat Kai menoleh ke arahku dan menatapku tajam. ”Jangan sekali-sekali, Hyung,” desisnya tajam.

Giliranku menghela napas panjang. ”Waeyo? Bukankah bagus kalau Luhan Hyung tahu kalau kau menyukainya?”

”Tapi aku tidak mau dia tahu.”

Aku mengangkat sebelah alisku. ”Waeyo, Jongie-ah?”

Kembali pandangannya menerawang. ”Itu hanya akan menambah sakit hatiku, Hyung.. Apa kalau ia tahu perasaanku dia akan meninggalkan Sehun dan menjadi milikku?” Ia menyunggingkan senyum miring. Aku tahu itu berarti senyuman terluka.

”Apa kau merasa baik jika terus memendamnya? Mengatakan atau tidak, kau tetap terluka, Jongie-ah,” Tanganku terjulur mengambil jam beker di atas nakas dan mengatur alarm-nya. Besok kami akan berangkat syuting pagi-pagi, tidak boleh bangun terlambat.

”Kau benar, Hyung. Tapi aku tidak bisa mengatakannya. Aku...”

”Takut kalau dia menjauhimu kalau kau mengatakannya?” potongku cepat. Lagi-lagi Kai menatapku tidak percaya.

”Hyung...”

”Hm?”

”Kau bisa membaca pikiranku. Itu menyeramkan.”

Aku hanya tertawa mendengar kata-katanya.

***

”Kyungsoo Hyung, kemarilah!” Aku yang sedang mengobrol bersama Chanyeol Hyung menoleh ke arah Kai yang melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Ada apa dengannya? Setelah berpamitan pada Chanyeol Hyung, aku menghampiri Kai.

”Ada apa?” Bukannya menjawab pertanyaanku, Kai malah menarik tanganku menuju bangku di bawah pohon. Astaga, lagi-lagi jantungku berulah.

”Temani aku makan di sini,” perintahnya. Aku tidak heran dengan sikapnya yang suka memerintah seenaknya itu. Aku sudah terbiasa. Aku pun duduk di sebelahnya.

Ah, ya, kami sedang melakukan syuting untuk drama terbaru sunbae kami, Choi Minho SHINee. Itulah alasan kenapa Luhan Hyung ada di Korea saat ini. Bersama Kris Hyung dan Lay Hyung, dia mendapat peran sebagai teman-teman sekolah Minho Sunbae seperti kami, EXO K. Saat mendengar kabar kalau mereka akan ke Korea, yang kupikirkan pertama kali adalah Kai. Apa ia akan senang dengan kedatangan Luhan Hyung? Atau malah bersedih karena akan lebih sering melihat HunHan moment?

Bahkan aku seperti tidak memikirkan perasaanku sendiri.

Menyedihkan, bukan?

”Hyung, gwenchana?” Aku merasakan tangan Kai menyentuh bahuku. Aku pun menoleh ke arahnya.

”Waeyo?”

Kulihat dia memutar bola matanya. ”Kau benar-benar tidak mendengarkanku.”

Aku mengangkat kedua alisku heran. ”Memangnya apa yang kaukatakan?”

Kai mendecak. ”Aku mengatakan kalau mungkin aku akan mengikuti saranmu semalam.”

”Tentang?” Jantungku berdegup kencang. Bodoh. Aku menyadari apa yang dimaksud Kai setelah aku bertanya. Kau bodoh, Do Kyungsoo.

”Aku akan menyatakan perasaanku pada Luhan Hyung.”

Ya! Nikmati kegalauanmu, Do Kyungsoo!

***

Luhan Hyung—serta Kris Hyung dan Lay Hyung—akan kembali ke China hari ini. Kami—EXO K—akan mengantar mereka sampai bandara. Aku gelisah. Entah kenapa perasaanku tidak enak. Apa yang akan terjadi nanti?

”Kyungsoo-ah, gwenchana?” Suara lembut Suho Hyung menyadarkanku. Aku hanya mengangguk perlahan.

”Apa kau bersedih karena harus berpisah denganku, Kyungsoo-ah?” Pertanyaan Lay Hyung membuatku tersenyum.

”Kurasa Suho Hyung-lah yang paling sedih, Hyung,” jawabku sambil menahan tawa. Dapat kulihat wajah Lay Hyung sedikit memerah.

”Jangan dengarkan kata-kata bocah ini, dia hanya bercanda,” sahut Suho Hyung sambil menjitak kepalaku. Apa-apaan leader ini? Aish, sepertinya ia salah tingkah, hihi.

Perjalanan ke bandara kuhabiskan dengan diam. Kai terlibat dalam percakapan seru dengan Luhan Hyung dan Sehun. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak dapat mendengar dengan jelas selain karena mereka bertiga duduk di belakang sopir sedangkan aku di belakang sendiri, pasangan Baekhyun Hyung dan Chanyeol Hyung sangat ribut di sebelahku. Kris Hyung, Suho Hyung dan Lay Hyung duduk di barisan tengah. Ngomong-ngomong, tumben Kai merasa betah berada di tengah-tengah Luhan Hyung dan Sehun. Apa ia sedang merencanakan sesuatu?

”Kyungsoo-ah, di EXO, siapa yang paling kausukai?” Pertanyaan dari Chanyeol Hyung membuatku terkejut. Astaga, aku disadarkan dari dunia khayalku dengan pertanyaan yang paling kuhindari. Dan lagi yang bertanya adalah rapper EXO K yang terkenal dengan suaranya yang sangat manly.

”Kau mau aku jujur atau bohong, Hyung?” tanyaku sambil tersenyum. Timbul niatku untuk mengerjai si Happy Virus tersebut. Aku terlalu lelah dengan hal-hal yang menyangkut perasaanku.

”Bohong,” jawab Baekhyun Hyung dengan cepat. Chanyeol Hyung tampak melotot ke arahnya. Aku menahan tawa.

”Jawablah dengan jujur, Kyungsoo-ah.. Kau masih kecil, tidak boleh berbohong,” ucap Chanyeol Hyung.

”Apa yang akan kaulakukan kalau aku mengatakan Baekhyun Hyung?” jawabku dengan pertanyaan. Aku masih menahan tawa. Astaga, ekspresi Chanyeol Hyung membuat wajahku semakin memerah karena menahan tawa. Apa-apaan wajah ingin membunuh yang konyol itu?

”AKU AKAN MELEMPARMU SEKARANG JUGA, DO KYUNGSOO!”

Tawaku meledak. Begitu juga Baekhyun Hyung yang duduk di antara aku dan Chanyeol Hyung. Kami berdua tertawa sangat keras, membuat penghuni kedua jok di depan kami menoleh.

”Jangan lempar Kyungsoo Hyung! Tidak akan ada yang memasak untuk kita nanti!” seru Sehun, yang disetujui oleh semuanya. Apa-apaan mereka? Mereka melindungiku untuk memperbudakku?

”Ah, kurasa kau benar, Sehun-ah. Baiklah, kau selamat kali ini, Kyungsoo-ah,” sahut Chanyeol Hyung. Dasar namja plin-plan.

Aku melirik Kai. Oh, apa arti tatapannya itu? Kenapa dia menatapku seolah ingin membunuhku? Apa yang terjadi padanya? Apa aku melakukan kesalahan? Satu-satunya kesalahanku adalah berani mencintainya.

”KaiDO eye contact! KaiDO eye contact!” seru Chanyeol Hyung tiba-tiba. Aku buru-buru membuang muka ke arah jendela. Sial, wajahku pasti memerah sekarang.

”Diamlah, Park Chanyeol. Kau sangat berisik,” Suara dingin Kris Hyung berhasil menghentikan kehebohan Chanyeol Hyung. Setengah menggerutu, akhirnya Chanyeol Hyung mengobrol dengan Baekhyun Hyung lagi.

***

”Hyung, saranghaeyo..”

Deg.

Dadaku seperti terhimpit sesuatu. Sesak.

”Nado saranghae, Kkamjong-ah..”

Tolong, bangunkan aku dari mimpi buruk ini!

”Hyung, kau serius?”

Kupastikan ia sangat bahagia saat ini. Suaranya jelas-jelas menunjukkan kalau ia sangat puas.

”Ne. Aku mencintaimu, Kkamjong-ah, sebagai dongsaeng. Kau mencintaiku sebagai hyung, bukan?”

Kuberanikan diri keluar dari persembunyianku, untuk mengintip mereka. Wajah yang kuperkirakan cerah tadi sekarang terlihat mendung. Jangan memasang wajah seperti itu, Jongie-ah. Itu sangat menyiksaku.

”Ta-tapi, Hyung...”

”Hyung! Kau mau tertinggal pesawat!?” Tiba-tiba saja Sehun muncul di antara mereka. Wajahnya terlihat penasaran dengan apa yang terjadi antara namjachingu-nya itu dengan Kai. Tapi sepertinya ia tidak peduli. Sehun menarik tangan Luhan Hyung menjauh.

Kai? Dia masih terpaku di tempatnya. Memandang kosong tembok di hadapannya, mungkin membayangkan kalau Luhan Hyung masih di sana. Kuberanikan diri mendekat ke arahnya. Kutarik lehernya ke arahku dan memeluknya. Ia menundukkan wajahnya di bahuku. Dapat kurasakan tubuhnya bergetar.

”Uljima, Jongie-ah..”

Ini sangat menyedihkan. Entah kisah siapa yang menyedihkan. Kisah Kai atau kisahku. Pada dasarnya kami sama. Bertepuk sebelah tangan.

***

”KIM JONG IN! KELUAR KAU!”

Aku terlonjak mendengar teriakan Sehun. Bukan hanya berteriak, maknae itu malah menggedor-gedor pintu kamarku dan Kai. Astaga, apa maunya pagi-pagi begini membuat keributan? Dan lagi, ia memanggil Kai tanpa embel-embel ”hyung” seperti biasanya? Apa yang terjadi pada maknae itu?

”Biar aku yang buka, Hyung,” Suara Kai menghentikan niatku yang sudah beberapa langkah dari pintu. Kai menyeret kakinya menuju pintu dan membukanya.

Buag!

Tubuh Kai ambruk di hadapanku setelah... Sehun meninjunya!?

”Oh Sehun! Apa yang kau lakukan!?” teriakku kalap. Aku menghampiri Kai, meletakkan kepalanya di pahaku, berkali-kali menanyakan apakah ia baik-baik saja.

”Apa yang terjadi di sini? Astaga, Kai, apa yang terjadi padamu? Oh Sehun, kau pelakunya?” Rentetan pertanyaan disampaikan Suho Hyung yang baru datang. Kulihat Chanyeol Hyung dan Baekhyun juga menghampiri kamarku dan Kai.

”Aku hanya memberi pelajaran pada orang tidak tahu diri itu, Hyung! Berani-beraninya dia mencintai Luhan Hyung! Luhan-ku!” jawab Sehun. Dari suaranya, jelas ia sedang marah. Dan yang membuatnya marah sungguh sangat konyol. Kurasa Kai bangkit dari posisinya. Aku membuka mulut untuk melarangnya, tapi ia menghadapkan telapak tangannya di wajahku.

”Gwenchana, Hyung,” ucapnya lemah, lalu menghampiri Sehun.

Sehun menatap tajam ke arah Kai, terlihat sangat ingin menghabisi namja itu. Begitu juga dengan Kai. Ia terlihat sangat menantang Sehun, seakan tidak peduli dengan bibirnya yang berdarah di ujung. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Begitu juga dengan para hyung. Kami hanya menatap keduanya dengan pandangan tolong-jangan-lakukan.

Tapi ini salah.

Saat tangan Sehun sudah mengepal kuat, secepat kilat aku berdiri, menarik tangan Kai. Ternyata Suho Hyung melakukan hal yang sama pada Sehun. Sekuat tenaga kami berdua menahan tubuh dua bungsu yang berusaha berontak itu.

”Lepaskan aku, Hyung! Aku harus memberi pelajaran padanya!” seru Sehun sambil meronta. Dibantu Chanyeol Hyung, Suho Hyung menahan Sehun. Dan aku dibantu Baekhyun Hyung.

”Lepaskan aku. Aku harus menebus kesalahanku. Biarkan dia menghajarku,” Berbeda dengan Sehun yang marah-marah, Kai justru tenang.

”Kau bodoh,” desisku tepat di telinganya. Aku menatap Sehun. ”Dia tidak bersalah, Sehun-ah. Kalau mencintai Luhan Hyung yang sudah menjadi milikmu adalah kesalahan dan mendapat pelajaran darimu, aku yakin tidak akan ada yang mencintai Luhan Hyung kecuali kau.”

Sehun menatapku tidak percaya. ”Apa yang kau...”

”Kenapa kau melakukan ini pada Jongie-ah? Seberapa bersalahnya dia padamu? Dia hanya mencintai Luhan Hyung, Sehun-ah. Kalau aku menjadi Luhan Hyung dan mengetahui apa yang kaulakukan pada Jongie-ah, aku pasti akan memutuskanmu. Perbuatanmu sungguh kekanak-kanakan,” Bahuku naik-turun setelah mengatakan hal itu. Kulihat Sehun hanya menatapku datar.

”Hyung, kau tidak perlu membelaku seperti itu,” Suara Kai memecah keheningan yang sempat tercipta. Aku menoleh padanya.

”Kuobati lukamu,” Aku menarik tangannya ke kamar, tidak peduli dengan tatapan-tatapan ingin tahu dari para hyung-ku.

”Sebenarnya kau tidak perlu melakukan hal itu, Hyung. Seharusnya kau membiarkanku dihajar Sehun,” ucap Kai setelah aku mengobati luka di ujung bibirnya. Ia menunduk.

”Dan membiarkanmu babak belur begitu saja? Tidak akan, Jongie-ah.”

Kai mengangkat kepalanya, menatapku yang di sebelahnya. ”Kenapa kau begitu baik padaku, Hyung? Kenapa hanya kau yang mengerti aku?”

Kedua bahuku terangkat, dan aku tersenyum singkat. ”Molla. Karena aku menyayangimu, mungkin?”

Kai juga tersenyum sekilas. ”Apa kau mengerti perasaanku saat ini, Hyung?”

”Kau hancur?”

Anggukan kepala merupakan jawabannya. ”Aku ditolak olehnya,” Ia mengangkat kepalanya, menatap langit-langit kamar. ”Tentu saja, ia sudah memiliki orang yang dicintainya sebagai namja, bukan dongsaeng. Seharusnya aku siap dengan konsekuensi itu dan mulai melupakannya, tapi aku tidak bisa. Aku masih terus memikirkannya sampai saat ini.”

Dan itu menyakitkan untukku, Jongie-ah. Kenapa kau harus menceritakan ini padaku? Apa karena hanya aku yang mengerti dirimu, eoh?

Kai menoleh ke arahku. ”Kau pernah merasakan yang kurasakan, Hyung?”

Aku mengangguk perlahan.

”Jinjja? Dengan siapa?”

Haruskah kukatakan? Haruskah kukatakan kalau orang itu adalah kau, Kim Jong In?

”Bagaimana kalau kujawab orang itu adalah...kau?” Tersenyum sekilas, yah, walau sedikit palsu.

Kai menatapku tidak percaya.

”Sudah kuduga kau tidak akan percaya. Lupakan saja. Astaga, sudah jam segini dan aku belum membuat sarapan! Aigo.. Benar-benar dua bungsu pengacau!” Aku menggerutu untuk menutupi kegugupanku. Secepat kilat aku keluar dari kamar dan menuju dapur. Sungguh, aku belum percaya kalau aku benar-benar mengatakan hal itu tadi.

***

Semenjak kejadian di pagi itu, hubungan Kai dan Sehun sedikit merenggang. Dulu mereka akrab, karena hanya selisih beberapa bulan, tapi sekarang mereka terlihat canggung satu sama lain. Kalau aku lihat, Kai terlihat sungkan dengan Sehun sedangkan Sehun terlalu gengsi untuk meminta maaf. Benar-benar kekanak-kanakan.

Sebenarnya, bukan hanya hubungan Kai dan Sehun saja yang merenggang, tapi hubunganku dengan Kai juga. Kai tidak pernah bercerita apa pun padaku lagi, aku juga tidak memaksanya untuk bercerita. Aku selalu mengajaknya bicara, tapi dia terkesan dingin padaku. Itu sangat menyiksaku, kau tahu?

Walaupun Kai ditolak oleh Luhan Hyung, setidaknya mereka masih berkomunikasi. Sedangkan aku dan Kai? Aku benar-benar berharap dia menganggap ucapanku saat itu hanyalah gurauan. Apa dia membenciku? Lebih baik ia mengatakan dengan lantang kalau ia membenciku daripada mendiamkanku seperti ini.

”Kyungsoo-ah, apa yang terjadi padamu? Kenapa suaramu sering terdengar fals?”

Aku hanya tersenyum simpul mendengar pertanyaan Baekhyun Hyung. ”Aku hanya sedang patah hati, Hyung..” jawabku sambil terkekeh. Baekhyun Hyung memutar bola matanya, yang menurut Chanyeol Hyung sangat imut.

”Aku serius, Kyungsoo-ah.. Ceritakan saja padaku kalau kau ada masalah, ne? Jangan dipendam sendiri!”

Aku juga serius, Hyung. ”Ne, tentu saja,” Aku tersenyum.

”Ah, iya, akhir-akhir ini Kkamjong-ah juga terlihat lesu,” Aku mengikuti arah pandang Baekhyun Hyung. Memang benar, Kai terlihat lesu. Dan aku tidak pernah tahu penyebabnya. Tidak mungkin karena kata-kataku, bukan? Mungkin saja ia ada masalah dengan Luhan Hyung, atau karena frustasi persahabatannya dengan Sehun merenggang. Molla.

”Kai dan Sehun sudah berbaikan. Ia juga sepertinya mulai bersikap biasa pada Luhan Hyung. Aku dan Chanyeol menebak-nebak apa yang membuatnya terlihat menyedihkan seperti itu,” Penuturan Baekhyun Hyung membuatku terpana. Kai dan Sehun sudah berbaikan? Bagaimana aku tidak tahu? Mengapa Kai tidak memberitahuku?

Ah, iya. Kai sepertinya sudah melupakanku.

”Kurasa kau ada hubungannya, Kyungsoo-ah,” Aku terkejut mendengar suara Chanyeol Hyung yang tiba-tiba. Dan apa katanya tadi? Aku ada hubungannya?

”Apa maksudmu, Hyung?”

”Ah, kau benar, Yeollie-ah! Kai dan Kyungsoo jarang sekali bersama akhir-akhir ini. Ada masalah apa antara kalian?” tanya Baekhyun Hyung. Apa yang harus kukatakan? Haruskah aku jujur kepada mereka?

”Ya! Waktu istirahat sudah habis, anak-anak. Kita latihan lagi!” Teriakan pelatih membuatku bernapas lega. Setidaknya aku selamat saat ini.

***

”Kau tidak tidur, Kyungsoo-ah? Ini sudah larut malam,” Suara Suho Hyung membuatku mengalihkan perhatianku dari televisi. Aku tersenyum sekilas.

”Aku belum mengantuk, Hyung,” jawabku lemah. Tidak sepenuhnya berbohong. Aku memang belum mengantuk, tapi sebenarnya aku menghindari Kai. Sejak selesai latihan tadi, dia terus memandangiku dengan tatapan aneh. Apa maksudnya?

”Sebaiknya kau istirahat sekarang. Besok kita ada pemotretan dan latihan, jangan sampai kau sakit,” Suho Hyung meraih remote di meja dan mematikan televisi. Aku hanya menghela napas. Dia memang leader yang perhatian, walau terkadang sedikit menyiksa.

”Arraseo, Hyung...” Aku melangkah lemas ke kamar. Dalam hati aku terus berdoa, semoga Kai sudah tidur.

”Aku lelah menunggumu, Hyung..” Suara lemah Kai langsung menyambutku yang baru saja menutup pintu. Tuhan, kenapa Kau tidak mengabulkan permintaanku?

”Untuk apa menungguku?” Ya! Kenapa suaraku terdengar ketus? Kulirik Kai, ia terlihat terkejut. Yah, kalau diingat-ingat, aku memang tidak pernah berkata ketus atau dingin padanya. Selalu lembut.

”Aku...ingin mengatakan sesuatu padamu..” Entah aku salah dengar atau apa, suaranya terdengar...gugup?

”Katakan saja,” Aku duduk di atas ranjang, bersandar pada dinding. Kai duduk di tepi ranjangku, menatapku dengan matanya yang sayu.

Kai berkali-kali menjilat bibirnya, kebiasaannya kalau sedang gugup. Melihat matanya, aku seperti mengetahui maksudnya. Tapi itu tidak mungkin. Pasti hanya perasaanku saja. Aku tidak boleh terlalu ge-er begini.

”Hyung, apa kau masih...mencintaiku?”

Deg.

Dapat kurasakan pipiku memanas. Kutundukkan kepalaku, pasti wajahku seperti kepiting rebus sekarang. Kenapa Kai harus bertanya seperti itu?

”Jawab aku, Hyung..” pintanya memelas. Oh Tuhan, ini benar-benar siksaan bagiku. Aku semakin tidak berani mengangkat kepala, karena pasti yang kulihat adalah wajah memelas Kai yang...imut.

Aku masih bergelut dengan pikiranku sendiri saat tiba-tiba tangan Kai terjulur meraih daguku dan mengangkat kepalaku perlahan. Mata kami langsung bertatapan. Aku menelan ludah dengan susah payah. Sial, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku sedikit pun.

”Apa kau membenciku, Hyung?”

Mana mungkin aku membencimu, bodoh!?

”Baguslah. Kupikir kau membenciku karena kau tidak menjawab pertanyaanku.”

Mataku membulat mendengar ucapannya. Dan aku baru sadar kalau aku mengucapkan apa yang kupikirkan. Dasar Kyungsoo pabbo!

”Lalu, apa kau masih mencintaiku?”

Aku menelan ludah dengan susah payah sekali lagi, lalu mengangguk perlahan. Senyum Kai mengembang. Sungguh tampan...

”Hyung, bantu aku untuk melupakan perasaanku pada Luhan Hyung dan...menambah rasa cintaku padamu.”

Aku menatap Kai tidak percaya. Apa maksudnya ini? Perasaanku terbalas?

”Saranghaeyo, Kyungsoo Hyung..”

Detik berikutnya aku merasakan hangatnya pelukan seorang Kim Jong In.

### END ###

Tidak ada komentar:

Posting Komentar