27 Oktober 2013

My Bestfriend

Gambar
Author                          :                  PHR
Gendre                         :                  Friendship, Tragedy, Sad.
Rating                            :                  PG 13+
Length                           :                  Oneshot
Main Cast                      :
  •   Kim Jong In ( EXO Kai )
  •   Lee Tae Min ( SHINee Taemin )
  •   Choi Soo Young ( SNSD Sooyoung )
Other Cast                    :
  •   Park Seung Hyuk ( OC )
  •   Dll.
Author Message           :
Terinspirasi dari sebuah novel. Happy Reading~
Summary                      :
Bestfriend is a jewel heart, while the lover is just right jewelry hearts.
***

Sound of Rain

sound-of-rain
Title: Sound of Rain
Author: Lee Yong Mi
Cast:
  1. All member BAP
  2. Para yeoja
Genre: Romance, Angst
Rating: General
Length: Oneshoot / Songfict
Disclaimer:
Annyeong :) Author Lee Yong Mi kembali ^^
FF ini baru dibuat tadi malam dan selesai tadi siang :) Sesuai dengan judulnya, FF ini terinspirasi dari lirik lagu + MV BAP, Sound of Rain ^^ Setiap kata yang dicetak miring, berarti itu adalah flashback. Semoga FF ini bisa menghibur reader :)
Last, happy reading ^^
NOT FOR SILENT READERS AND PLAGIATOR PLEASE
~S.O.R~
South Korea, Seoul
“Ini lagu terbaru kalian.” Ucap manajer dari boyband BAP seraya memberikan selembar kertas pada masing-masing anggota. Para member membaca lirik lagu tersebut, kemudian mata mereka semua terbelalak.
“Hyung, lagu ini… apakah benar akan menjadi lagu untuk comeback kami?” tanya Youngjae pelan. Sang manajer mengangguk.
“Waeyo? Ada yang salah?” tanya sang manajer, namun tidak ada anggota BAP yang menjawab pertanyaan tersebut. Mereka hanya terhanyut pada sebuah memori… Sebuah kenangan masa lalu mereka masing-masing.

Another

Gambar
Author                                    :                   PHR
Genre                                       :                   Hurt/Conform, Sad, Angst, Yaoi
Pairing                                    :                  KaiSoo, SuLay, SuDo.
Length                                     :                   Drabble
Rating                                      :                   T
Summary                               :
I’m sure there will be others besides yourself.
WARNING!
It’s Yaoi!
Don’t Like, Don’t Read!
***
Seorang namja bermata bulat sedang berdiri menatap hujan, sudah sekian lama. Dorm EXO kita terasa sunyi, karena beberapa member sedang latihan. D.O –namja bermata bulat- terus menatap hujan dengan tatapan penuh kesenduan. Berbagai macam memory-nya bersama mantan kekasihnya, Suho, terbayang selalu di pikirannya. Tanpa sadar, setetes cairan putih sudah membasahi pipi mulusnya itu.
‘Kenangan yang sungguh menyakitkan’ batin D.O
D.O mengangkat kepalanya agar air matanya tidak mentes lagi. dia sungguh sudah tidak bisa menahan dan air itu mengalir dengan sangat deras seperti hujan.
“Hiks… Kau tega, hyung. Apa salahku, eoh ?” isakan terdengar dari mulut manisnya. Perlahan D.O menghapus kasar air matanya, “Jangan memikirkannya lagi, Do Kyungsoo!”

My Love is… My Mom

Title: My Love is… My Mim
Author: Lee Yong Mi
Genre: Romance, Angst
Length: Oneshoot
Main Cast:
  1. EXO-K Sehun
  2. Girl’s Day Yura
  3. EXO-M Kris
Rating: PG-15
Disclaimer:
Annyeong ^^
Author kembali dengan FF terbaru-yang baru selesai tadi- XD Oh ya, sekedar pemberitahuan sebelum membaca, disini Kris perannya jadi pria tampan berumur 30-an(?) Oke? /wink/
happy reading~
my-love-is-my-mom-2
My Love is… My Mom
“Sehun-ah, berjanji pada eomma, ne?”
“…”
“Apa pun yang terjadi, jangan katakan pada siapa pun mengenai masalah ini.”
“…”
“Eomma akan berusaha untuk menjadi eomma yang terbaik bagimu.”
“Bagaimana kalau aku tidak menyetujuinya?”
“Eh?”

Luhan, Wo Ai Ni

Title: Luhan, Wo Ai Ni
Author: Lee Yong Mi
Main Cast:
  1. EXO-M Lhan
  2. EXO-K Chanyeol
  3. Liu Zi Dun (OC)
Additional Cast:
  1. Shin Hye Soo (OC)
  2. Shin Hye Na (OC)
Length: One Shoot
Genre: Angst, Happy-end
Rating: PG-15
Disclaimer:
Semua cast milik Tuhan YME :) Fanfiction & plot cerita milik author. Please, no silent readers or plagiator. Don’t bash! It’s just a fanfiction.

Happy reading ^^
~~~
luhan-wo-ai-ni

Luhan, Wo Ai Ni …
“LUHAN!!!”
Liu kembali terbangun dari tidurnya. Untuk kesekian kalinya, ia kembali memimpikanhal yang sama. Perlahan, ia mengusap air matanya yang terjatuh.
“Bodoh … aku masih belum bisa melupakannya….”
Ia terisak kecil, kali ini membiarkan air matanya mengalir dengan deras.
“Maafkan aku, Chanyeol … aku masih mencintainya….”
~~~

[FF KAISOO/KAIDO] Not Melody~



Title : Not Melody – awesome

Author : Septaaa Present

Cast : Kim Jongin – Do Kyungsoo

Pair : Kaisoo/Kaido FF

Genre : Romance – Angst

Rated : T

Summary : Life seems like a love Leonardo da vinci to Monalisa

Length : Oneshoot

Disclaimer : KAISOO belong to SMent and God! but, the story is MINE!



This YAOI BL SHONEN-AI!!!
.
.
TYPO! TIDAK SESUAI EYD!!! ABAL!
.
DON’T LIKE JUST LEAVE NOW!
.
.
Septaaa
.
.
ENJOY!
.
.
ALL OF KIM JONGIN POV!
.

Let it rain….

Do Kyungsoo, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Kyungsoo. Ia adalah orang paling berpengaruh di kehidupanku. Senyumnya, tawanya, geraknya, matanya, semua menghipnotisku. Menawan…

.

Let it rain to kiss you..

Aku mengenalnya cukup lama, saat umurku menginjak 13 tahun Tuhan mempertemukanku dengannya, dia menawarkanku persahabatan. Aku menerimanya, dia mengagumkan dia selalu akrab dengan orang-orang. Dia sangat suka memberi semangat pada orang lain, sosoknya adalah mentari..
.
.

FANFIC // YOU’RE MY PRECIOUS LIFE // HUNHAN // ONESHOOT


Tittle : You’re My Precious Life
Author : Park Haneul
Genre : Romance, Angst
Rate : T
Length : Oneshoot
Cast : Oh Sehun (EXO K)
           Lu Han (EXO M)
           And more …
Disclaimer : Semua cast disini hanya milik SM, Tuhan dan yang pasti milik orangtuanya sendiri. Saya hanya 
meminjam mereka untuk menjadi karakter dalam FF aneh bin ajaib saya ini.
Copyright : Park Haneul™. Ide cerita murni dari otak saya yang alakadarnya(?) jika ada kesamaan  itu hanya kebetulan dan mungkin anda saja yang salah mengira *plak
Okay, ini fanfic Hunhan pertama yang saya post di blog ini setelah sebelumnya saya cuma posting shortfic kkk. Semoga memuaskan dan jangan lupa buat comment, karena comment kalian itu sebagai penyemangat saya buat nulis fanfic lainnya *wink* oke langsung aja check it out! ^0^
WARNING!! THIS IS BOYS X BOYS LOVE
NGGA SUKA ? CLOSE TAB NYA JUSEYO ^-^

Image

Tik .. Tik .. Tik ..
Hanya suara detik jam yang terdengar di dalam ruangan dengan bau khas tersebut. Ruangan yang di tempati oleh seorang namja cantik dan seorang namja tampan di dalamnya. Alat-alat medis yang terlihat sangat penting itu pun menghiasi ruangan bercat putih ini.
“Sehunnie….” Panggil namja cantik itu lirih. Ia menatap seorang namja yang sedang menumpukan kepalanya di ranjang rumah sakit, terlihat raut wajah khawatir walaupun namja itu sedang tertidur pulas.
Luhan, namja cantik itu berusaha menggerakan tangannya yang berhias jarum infus lalu mengelus pipi namja yang tertidur itu dengan lembut.
“Mian..mian aku selalu merepotkanmu Sehunnie…” air mata terlihat sudah bergerombol dan mendesak untuk keluar dari mata
namja cantik tersebut.
Tak lama, namja tampan itu terbangun dari tidurnya. Senyum menghiasi wajahnya.
“Kau sudah bangun Lu ? apa ada yang sakit ? katakan padaku” ujar namja yang bernama Sehun itu.
Luhan menggelengkan kepalanya perlahan “Aku tidak apa-apa Sehunnie, tidak usah khawatir” jelas Luhan.
Sehun tersenyum getir, ia meraih tangan mungil Luhan lalu menggenggamnya sangat erat. Terlihat tatapan yang sangat pedih di kedua bola mata jernihnya.
Wajah cantik itu masih tetap cantik, walau sinar dari sepasang bola mata itu meredup, walau pipi chubby itu kini menjadi sangat tirus, dan tubuhnya yang hangat itu kini semakin mengurus namun tidak mengurangi kecantikan Luhan di mata seorang Oh Sehun.
“Sehunnie, pulanglah. Kau pasti lelah menungguku terus seperti ini, lagipula kau juga harus sekolah kan besok ?” tanya Luhan.
“Tidak, aku tidak akan pulang Lu. Aku ingin menjagamu disini, aku tidak lelah dan aku bisa meminta ijin untuk tidak masuk sekolah” jawab Sehun tegas. Terlihat ia tidak ingin sedikitpun jauh dari kekasihnya ini.
“Jangan begitu Sehunnie, aku tidak mau kau ijin tidak masuk sekolah hanya untuk menjagaku. Jebal, turuti keinginanku atau aku tidak akan pernah mau kau menjagaku lagi” Luhan menggembungkan pipinya dan memasang wajah kesal yang menurut Sehun sangat menggemaskan.
“Baiklah, aku akan menuruti keinginanmu Oh Luhan” Sehun mencubit pipi Luhan dengan gemas sedangkan Luhan hanya terdiam dengan semburat merah merona menghiasi pipinya.
“Kau harus baik-baik ya Lu, jangan terlalu lelah. Aku akan mengunjungimu lagi nanti” ujar Sehun sambil mengecup kening Luhan.
“Ne, hati-hati Sehunnie” Luhan tersenyum lalu melambaikan tangannya.

-At School-
Pagi ini, bangku Sehun sudah ramai di kunjungi oleh sahabat Luhan dan juga sahabat Sehun sendiri.
“Sehun, bagaimana keadaan luhan ?” tanya Kyungsoo.
“Tidak ada perkembangan” jawab Sehun singkat dengan ekspresi datarnya.
“Aigoo, Luhan…” Baekhyun menangkupkan wajahnya diantara kedua tangannya dan mulai menangis.
“Tenang chagi, Luhan orang yang kuat dan kita semua tau itu” ujar Chanyeol menenangkan kekasihnya.
“Kita doakan saja yang terbaik untuk Luhan” Kai mencoba menyemangati.
“Dan kau Sehun, kau harus selalu di samping Luhan. Siapa yang bisa dia andalkan jika bukan kau ?” tambah Kai sambil menepuk pundak Sehun.
Sehun menghela nafas berat, tanpa disuruh pun ia akan terus menjaga Luhan sampai kapanpun. Sehun mengambil ponsel dari saku celananya memandang layarnya yang menampakkan wajah Luhan sedang tersenyum bahagia. Tak sengaja mata Sehun terpaku pada sesuatu, matanya terpaku pada tanggal hari ini. Tanggal 7, itu artinya tinggal 2 minggu lagi menuju hari bersejarah untuk dirinya dan Luhan tentu saja.
Ya, 2 minggu lagi adalah tepat hari dimana ia dan Luhan sudah bersama selama 1 tahun. Tiba-tiba senyum tersungging di bibir tipis Sehun, ia menatap semua teman-temannya.
===
Luhan terdiam di ranjang rumah sakitnya, menatap kosong kearah pintu. Jujur saja, ia ingin di temani Sehun setiap hari. Ia senang Sehun selalu berada di sampingnya, namun ia sadar bahwa ia tidak boleh egois. Luhan tidak mau mengekang Sehun, Luhan ingin Sehun menjalani kehidupannya yang lain. Tidak sekedar menjaga dirinya saja.
CKREK
“Selamat siang tuan Luhan, ini makan siang anda” ujar perawat yang baru saja memasuki kamar Luhan.
“Terima kasih suster” ucap Luhan tersenyum.
“Jika anda perlu sesuatu lagi, anda bisa memanggil saya. Permisi” perawat itu pun pergi dan menghilang dari kamar Luhan.
Luhan menatap makan siangnya tanpa nafsu, ia benar-benar tidak ingin makan. Namun ia teringat akan janjinya pada Sehun, janji bahwa ia akan sembuh dan terus berada di samping Sehun. Bagaimana ia bisa bertahan kalau makan saja susah ? Akhirnya Luhan mengambil sesendok nasi , mencoba untuk memakannya. Tetapi, sebelum sesendok makanan itu masuk ke mulut mungilnya ia merasakan perutnya sakit seperti di hantam sesuatu yang keras. Dan rasa mual menyerangnya dengan hebat. Luhan berlari dengan cepat ke westafel yang berada di kamar mandi, dan rasa sakit serta mual itu semakin menjadi-jadi.
“Hoek … uhuk.. uhuk.. hoek…” Luhan terbatuk, memuntahkan isi perutnya yang mungkin kosong mengingat dia belum makan apapun hari ini.
“Sa…sakiiit..” lirih Luhan sambil mencengkram perutnya kuat-kuat, namun ia terkejut melihat apa yang ia muntahkan.
Darah …
Air mata mulai membasahi pipinya, bibirnya yang kini memerah karna darah yang belepotan itu pun bergetar, wajahnya pucat pasi.
“Se…sehunnie…mi..mianhae..” dan seketika semuanya menjadi gelap bagi Luhan.
DEG!
Seperti ada detakan yang menyakitkan menghantam jantung Sehun. Sakit, entah kenapa dadanya terasa sangat sesak. Sehun mencoba menghirup nafas dalam-dalam, namun itu membuat dada Sehun semakin sakit.
“Ada apa ini sebenarnya” bisik Sehun lebih tepatnya pada dirinya sendiri.
Seketika perasaan yang tidak mengenakan pun memaksa masuk ke dalam fikiran Sehun. Fikiran tentang Luhan yang membuatnya kini tidak tenang. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Tak di pedulikannya lagi Kim songsaengnim yang sedang menjelaskan pelajaran matematika di depan kelas.
“Luhan, apa yang terjadi ..” Sehun mencengkram dadanya, merasakan gemuruh tidak tenang di dalam sana.
===
Kaki-kaki Sehun melangkah lebih cepat, tepatnya ia berlari menuju rumah sakit tempat dimana kekasihnya itu di rawat. Tidak ia pedulikan cacian orang-orang yang ia tabrak, karna di otaknya kini sudah penuh dengan Luhan.
Kini Sehun telah sampai di depan kamar rawat Luhan, nafasnya masih terengah-engah. Ia ingin membuka pintu kamar itu tetapi ia urungkan niatnya tersebut. Sampai akhirnya pintu terbuka dari dalam, menampakan sosok pria paruh baya berjas putih serta seorang suster di belakangnya.
Sehun dengan segera menghampiri pria itu.
“Luhan kenapa dokter Lee ?” tanya Sehun yang terlihat sudah menstabilkan deru nafasnya.
Raut wajah dokter Lee terlihat sedih.
“Luhan, tadi dia muntah darah Sehun-ssi” jelas dokter Lee.
Sesuatu menghimpit dada Sehun, ia merasa pasukan oksigen di tempat ini menipis dalam waktu hanya beberapa detik.
“A..apa?”
“Kanker lambung yang di derita Luhan sudah semakin parah. Saat ini ia koma, yang kita bisa lakukan hanyalah berdoa dan menunggu adanya keajaiban. Tetaplah kuat Sehun-ssi” ujar dokter Lee menepuk bahu Sehun lalu meninggalkan Sehun yang masih berdiri mematung.
Dengan tangan yang bergetar Sehun berusaha membuka pintu kamar rawat Luhan.
Piip … Piip .. Piip ..
Suara alat pendeteksi detak jantung menggema ke seluruh ruangan. Sehun menatap Luhan, menatap malaikatnya yang kini berbaring tidak berdaya dengan tambahan alat medis dimana-mana.
“Lu..nae xiao lu..” ujar Sehun melangkah mendekati ranjang Luhan.
Tepat setelah Sehun berada tepat di samping ranjang Luhan, ia merasa tidak kuat lagi. Sehun ambruk di samping ranjang Luhan, menangis meraung-raung. Ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Luhan, tanpa malaikatnya itu. Membayangkannya saja ia tak sanggup, apalagi bila itu benar-benar terjadi.
“Hiks … xiao lu kau sudah janji kan untuk sembuh ? hiks .. tolong jangan tinggalkan aku Lu, tolong tepati janjimu jebal” Sehun mengecup punggung tangan Luhan yang terasa dingin.
“Saranghae, jeongmal saranghae Luhan, saranghae xiao lu jeongmal. Kau nyawaku, kau udaraku, kau segalanya bagiku” Sehun terisak, perlahan ia mendekati wajah cantik Luhan.
Sehun mengecup kelopak mata Luhan yang tertutup itu, air mata Sehun menetes mengalir di pipi mulus Luhan. Kini mereka berdua terlihat sedang menangis bersama.
“Bangun sayang, aku tau Luhan adalah seorang yang kuat. Jangan ingkari janjimu, kumohon” dengan lembut Sehun mencium bibir pucat Luhan. Menyalurkan semua rasa cinta dan takut kehilangannya dalam ciuman itu.
===
Sudah 12 hari Luhan tidak sadarkan diri dari komanya. Sehun selalu menjaga Luhan, setiap malam dia selalu berdoa agar Luhan cepat sadar dan Sehun bisa melihat senyum malaikatnya lagi.
Seperti biasa, Sehun akan menyamankan dirinya di sebelah luhan. Duduk dan menumpukan kepalanya di ranjang Luhan seperti malam-malam sebelumnya. Baru saja Sehun akan menutup matanya, ia merasakan sesuatu bergerak. Ia mengangkat kepalanya, dan melihat tangan Luhan yang biasa ia pakai sebagai “bantal” nya itu bergerak. Tanpa mengulur waktu lagi, ia segera berlari dan berteriak memanggil dokter dan suster yang berada disana.
Dokter Lee dan seorang suster masuk ke kamar Luhan, sementara Sehun menunggu di luar. Raut wajah bahagia terpancar jelas dari wajah tampannya.
Setelah dokter Lee selesai memeriksa, Sehun segera masuk kembali ke kamar Luhan. Menatap malaikatnya yang kini sudah membuka matanya.
“Sehunnie…” suara Luhan terdengar pelan, karena alat untuk menyalurkan oksigen menutup hidung dan mulutnya.
“Ne Lu, aku disini” krystal bening itu kembali meluncur dari mata Sehun.
“Jangan menangis, aku tidak apa-apa chagi” Luhan menghapus air mata Sehun dengan ibu jarinya.
“Aku..aku takut..kau meninggalkanku Lu.. hiks” Sehun kembali menangis.
“Tapi aku tidak akan meninggalkanmu Sehunnie, aku sudah berjanji kan ?” ujar Luhan tersenyum lemah.
Sehun memeluk tubuh mungil Luhan, mendekapnya sangat erat. Luhan pun membalas pelukan Sehun, sungguh ia ingin selamanya bersama namja ini. Tapi jika nanti takdir memisahkan mereka, entah …
Ia pun tidak bisa membayangkannya
===
Hari ini kondisi Luhan sangat baik, dan ia ingin berjalan-jalan ke taman rumah sakit. Meski awalnya di tolak mentah-mentah oleh Sehun, tapi setelah Luhan merengek dengan 1001 jurus aegyo dan puppy eyes nya akhirnya Sehun menyetujui permintaan Luhan tentunya setelah mendapatkan ijin dokter Lee.
“Aah .. udara di luar segar sekali” ujar Luhan merentangkan kedua tangannya. Sementara Sehun hanya terkekeh melihat sikap kekasihnya yang seperti anak kecil itu.
“Sehunnie, ayo kita kesana! bunganya indah sekali” mata Luhan berbinar-binar. Dan Sehun mendorong kursi roda Luhan menuju tempat yang Luhan maksud.
“Wah, bunga-bunganya harum” Luhan mencondongkan badannya lalu menghirup wangi bunga tersebut.
Diam-diam Sehun mengambil ponselnya lalu memotret Luhan. Sungguh, bunga itu pun kalah indah dengan Luhannya.
“YA! Jangan memotretku diam-diam Sehunnie” ujar Luhan sambil mempoutkan bibirnya.
Sehun tertawa kecil, lalu bersimpuh di hadapan kekasihnya itu.
“Aku tidak memotretmu Lu, tadi aku memotret malaikat yang sangat cantik” ucap Sehun menimbulkan rona pada pipi Luhan.
“Lihatlah, dia sangat indah. Matanya ..” Sehun mengecup kelopak mata Luhan.
“Hidungnya ..” Sehun mengecup hidung Luhan.
“Pipinya ..” Sehun mengecup pipi Luhan.
“Dan …”
“Bibirnya ..” Sehun mengecup bibir Luhan dengan penuh kasih sayang. Luhan menutup matanya, mencoba menikmati sentuhan bibir tipis Sehun
“Sangat indah kan ? dan aku beruntung karena itu semua hanya milikku seorang” Sehun kembali membawa Luhan kedalam pelukan hangatnya.
Luhan menyandarkan kepalanya di dada bidang Sehun, menikmati aroma tubuh Sehun dan menyamankan dirinya dalam pelukan Sehun.
“Lu, mau bubble tea ?” tanya Sehun yang dibalas anggukan semangat Luhan.
“Baiklah, tunggu ne ? aku akan membelinya dulu” setelah mengecup kening Luhan, Sehun pun berlari untuk membeli bubble tea.
Luhan tersenyum, setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.
“Tuhan, terima kasih karena telah memberiku seseorang yang sangat berharga. Seseorang yang sangat menyayangiku dan menjagaku dalam keadaan apapun” ujar Luhan.
“Tuhan, tolong jaga dia …”
===
Malam ini, Sehun sudah mempersiapkan semuanya. Semua spesial, karena hari ini tepat hari jadi Sehun dan Luhan yang ke 1 tahun. Senyum bahagia menghiasi bibir Sehun. Ia sudah membeli kue, bubble tea dan juga boneka rusa untuk kekasihnya itu. Ah, dan tak lupa sebuket bunga mawar putih kesukaan Luhan.
Dengan penuh kebahagiaan Sehun melangkahkan kakinya menuju kamar rawat Luhan.
“Xiao lu ..” panggil Sehun sesampainya di kamar Luhan.
Luhan yang sedang membungkuk pun mengangkat wajahnya, ia tersenyum melihat Sehun datang.
Namun, terlihat sesuatu yang berbeda dalam senyumnya itu. Senyum terlihat sangat …
Dipaksakan ..
“Se..Sehunnie..” ujar Luhan.
Mungkin Sehun tidak menyadari raut wajah Luhan karena dia terlalu bahagia hari ini.
“Happy anniversary my beloved lulu” Sehun pun membawa kue yang sudah berhiaskan lilin angka 1 itu ke hadapan Luhan.
Luhan terkejut sekaligus terharu, ia kira Sehun tidak akan mengingat hari jadi mereka ini.
“Ayo kita tiup lilinnya sama-sama Lu, tapi sebelum itu ucapkan dalam hati dulu keinginanmu ya” jelas Sehun
“N..ne”
Sehun dan Luhan pun memejamkan mata mereka, mengucapkan keinginan mereka dalam hati.
“Nah, ayo kita tiup lilinnya! hana dul set .. ffuuhhh” mereka pun meniup lilin itu bersama.
“Lu, ini untukmu. Gomawo telah menemaniku selama ini. Aku sangat menyayangimu, ah ani aku mencintaimu” ujar Sehun lalu memberikan boneka rusa yang baru dibelinya.
“Go..gomawo Sehunnie..hiks..mian aku tidak menyiapkan apapun..” Luhan terisak.
“Gwenchana, kau di sampingku pun sudah menjadi hadiah terindah untukku” ucap Sehun.
“Ah iya, aku punya satu lagi” Sehun berniat mengambil bunga mawar putih tadi. Tapi langkahnya terhenti ketika mendengar erangan kesakitan dari Luhan.
“Arrghhh… ya..Tuhan..sa..sakit sekali..Sehunnie..to..tolong” Luhan mencengkram perutnya.
Sehun hanya bisa terpaku, otaknya seketika kosong. Ia seperti orang bodoh, tak tahu harus melakukan apa.
Terlihat bibir Luhan berdarah karena digigit terlalu kuat, wajahnya pucat, buku-buku jarinya memutih karena mencengkram selimut terlalu kencang.
“Se..Sehunnie…a..akuu..ti..tidak kuat lagi…in..ini..terlalu..me..nyakitkan..”  ujar Luhan terbata-bata. Air mata turun membasahi wajahnya.
Sehun sadar, ia kemudian berlari menghampiri Luhan dan memeluknya erat. Walaupun Luhan terus meronta karena kesakitan. Hati Sehun terluka melihat kekasihnya, luka itu semakin lama semakin melebar dan meneteskan darah segar.
“Luhannie, sayang kau harus bertahan. Jangan tinggalkan aku Lu, jangan” Sehun mempererat pelukannya, wajahnya pun sudah basah dengan air mata.
“Ak..aku..be..benar..benar..ti..tidak..kuat..la..lagi..Sehunnie…”
Luhan sudah tidak meronta-ronta lagi seperti tadi, perlahan tubuhnya melemas.
“Sa..saranghae..sa..rang..hae..oh..se..sehun..mian..a..aku..tidak..bi..bisa..menepati..jan..janjiku..” pelukan Luhan terlepas, mata indahnya terpejam.
Dunia Sehun seakan runtuh saat itu juga, tangisnya meledak.
“Bangun Luhan sayang, kita sedang merayakan setahun hubungan kita kan ? ayo bangun, jangan tidur sayang” Sehun menepuk pipi Luhan.
“Sayang, bangun jebal” Sehun terus berusaha membangunkan Luhan sampai akhirnya ia sadar bahwa semua sia-sia.
“SESEORANG TOLOOOOOOOONNNNGGGGGGG!!!”
===
Sehun terdiam di koridor rumah sakit, keadaannya sangat kacau penampilannya juga sangat berantakan.
CKREK
Dokter Lee dan beberapa perawat keluar dari kamar rawat Luhan. Sehun berdiri lalu mencengkram bahu dokter Lee kuat.
“Di..dia..selamat kan dokter ?” tanya Sehun.
Namun raut wajah dokter Lee berkata lain dari harapannya, Sehun berusaha menepisnya. Tidak .. tidak mungkin Luhannya, malaikatnya …
“Mianhae Sehun-ssi, kami sudah berusaha semampu kami. Tapi Tuhan berkata lain” ujar dokter Lee menundukkan kepalanya.
Sehun mendadak kehilangan tenaganya, fikirannya benar-benar belum bisa mencerna maksud perkataan dokter Lee tadi.
“katakan kalau ini bohong.. kau bohong kan dokter Lee ? bohong kan ? KAU BOHONG KAN ?!” teriak Sehun sambil mengguncangkan bahu dokter Lee.
“Sekali lagi mianhae” dokter Lee pun pergi meninggalkan Sehun.
Dengan tatapan kosong, Sehun melangkahkan kakinya menuju kamar yang sudah lama dihuni oleh kekasihnya itu.
Tubuh kekasihnya kini sudah tertutupi kain putih. Dengan tangan bergetar, Sehun membuka perlahan kain putih itu.
Terlihat wajah malaikat itu kini pucat, benar-benar pucat. Tak ada lagi darah yang mengalir di tubuhnya, tak ada lagi jantung yang berdetak lebih cepat apabila kekasihnya itu gugup, tak ada lagi senyumnya, tak ada lagi sikap manjanya, tak ada lagi panggilan “Sehunnie” dari bibir mungilnya. Semuanya sudah tidak ada lagi, semua …
Telah pergi …
“ANDWAEEEEEEEEEEEEEEEEEEE”
===
I’ll still be waiting for you till forever
As I will keep hiding my tears
Would you come back to me?

My love just can’t seem to reach you
Just as much as the amount of tears that flowed, it’s still far away to go
[SM The Ballad – Miss You (English Translation)]

“Annyeong Lu ..” Sehun menatap nanar tanah merah yang masih basah itu.
“Kau tidak menepati janjimu” ujar Sehun. Perlahan butiran krystal turun menghiasi wajah tampannya.
“Hiks…tapi tidak apa-apa Lu, asalkan kau tidak menderita dengan penyakitmu lagi aku..aku rela melepaskanmu” tetesan krystal bening itu mulai menganak sungai di pipi Sehun.
“Mungkin Tuhan sudah sangat merindukanmu Lu, merindukan malaikat kesayangannya”
“Tunggu aku disana Lu, aku akan menyusulmu jika sudah waktunya. Dan ..” Sehun memegang dadanya.
“Hati ini tetap milikmu Lu, sampai kapanpun. Bahkan jika nanti kita di pertemukan kembali, rasa cinta ini masih tertanam kuat di hatiku hanya untukmu Luhan”
Sehun mendekati nisan bertuliskan nama kekasihnya itu, ia memeluknya dan mencium nisan itu dengan lembut. Kemudian Sehun meletakkan bunga mawar putih yang seharusnya ia berikan saat hari jadi mereka.
“Saranghaeyo Luhan, tunggu aku disana. Saranghaeyo … yeongweonhi”
-END-

We Are Same [KaiSoo// KaiDo]

Tittle: We are Same

Author: @chocoberRIA

Genre: Yaoi, Romance, Angst gagal

Pairing: KaiDO / KaiSoo / JongSoo

Length: Oneshoot

Disclaimer:
D.O milik Kai, Kai milik D.O. Ide cerita dan Kai milik saya.

Warning: Yaoi, BL, OOC, Typo(s), Abal, Cerita pasaran, FULL D.O POV

Summary:
Kau mencintainya, tapi dia mencintai orang lain. Sama sepertiku. Aku mencintai orang yang mencintai orang lain. Tapi aku jauh lebih sakit, karena orang itu selalu mengatakan perasaannya padaku. Aku seakan menikmati kesakitanku. Orang itu kau, Kim Jong In. —Do Kyungsoo

###

Lagi-lagi dia memperhatikan mereka. Memperhatikan dua orang yang kini sedang duduk berhadapan dengan dua bubble tea di hadapan mereka. Memperhatikan mereka dengan pandangan terluka. Aku hanya bisa menghela napas melihatnya seperti itu. Walaupun aku tahu hal itu percuma, karena rasa sesak masih menguasai dadaku.

”Kyungsoo-ah, kapan kau mau membuat makan siang?” Tepukan tiba-tiba di pundakku membuatku terlonjak kaget. Ternyata Baekhyun Hyung.

”Sebentar lagi, Hyung. Memangnya kenapa? Tumben sekali kau bertanya.”

”Ani.. Aku hanya ingin membantumu,” Baekhyun Hyung terlihat seperti malu-malu. Ah, aku tahu pasti ada maksud di balik sikapnya sekarang. Baekhyun Hyung terlalu mudah ditebak.

”Kalau begitu, kajja! Kau pasti tidak mau Chanyeol Hyung kelaparan, bukan?” Aku menyeringai dan kulihat ekspresinya jadi terkejut. Aku benar, kan?

”Ya! Bagaimana kau bisa tahu, Do Kyungsoo!?”

”Menebak pikiranmu itu sangat mudah, Hyung,” Kupakai apron-ku, dan menyerahkan apron lain kepada Baekhyun Hyung. Aigo, hyung-ku yang satu ini memang imutnya tidak terbatas. Dia sangat lucu saat memakai apron!

”Benarkah? Padahal Chanyeol saja sulit menebakku,” Ia memanyunkan bibirnya. Aku hanya tersenyum. Kuulurkan beberapa wortel padanya, dengan isyarat agar dia mencucinya.

Kesalahan tidak terletak pada Chanyeol Hyung yang tidak bisa menebak pikiran Baekhyun Hyung, juga bukan pada Baekhyun Hyung yang terlihat sulit ditebak—walaupun itu tidak berlaku bagiku. Salahkan saja mataku yang bisa dengan mudah membaca pikiran orang lain dari gerak-geriknya. Bukan, aku bukan seorang cenayang dan sejenisnya. Aku hanya manusia biasa, seperti kalian. Tapi mungkin aku lebih peka, jadi bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain juga.

Ini menyenangkan? Mungkin menyenangkan untuk kalian yang menginginkannya, tapi tidak untukku. Hal ini membuatku tersiksa. Karena hal inilah aku bisa melihat isi hati namja berkulit agak gelap itu dari tingkah lakunya. Isi hati yang membuatku sangat terluka. Kalau boleh memilih, aku akan memilih tidak memiliki kepekaan ini, agar aku tak terluka saat melihatnya terluka. Seperti saat ini.

Kulirik namja itu dari dapur. Ia memang sedang bermain game, tapi sesekali ia melirik ke dua orang yang masih betah mengobrol di meja makan, walaupun bubble tea mereka sudah habis. Tatapannya itu seolah berkata ”Cepatlah pergi dari situ dan tinggalkan dia sendirian, Oh Sehun”. Lucu sekali dia. Tanpa sadar aku mengulum senyum.

”Kkamjong-ah! Kemarilah!”

Aku memutar kepala ke arah Baekhyun Hyung yang dengan ceria memanggil namja itu. Astaga, apa-apaan dia!?

”Sepertinya Kyungsoo-ah merindukanmu, bantu kami memasak!” Mataku membulat sempurna saat menyadari sosok itu sudah berada di dekat kami. Mau apa dia?

Aigo, seharusnya aku melarangnya ke sini saat ini. Jantungku berdebar sangat kencang, sampai takut namja itu mendengarnya. Saat tangan panjang itu terjulur ingin mengambil mentimun dari tanganku, seketika kutepuk keras tangan itu.

”Aw! Appo, Hyung! Apa yang kaulakukan!?” Kai menjerit sambil mengusap tangannya yang kupukul tadi. Astaga, saking terkejutnya aku, tak sadar kalau aku melukainya.

”Mianhae, Jongie-ah. Tapi sebaiknya kau pergi dari sini, jangan menggangguku,” ucapku sambil mengupas mentimun yang hampir disambar Kai tadi.

”Aku tidak mengganggu, aku hanya ingin membantu. Apa itu tidak boleh?” Oh, berhentilah memasang wajah supermelas itu, Kim Jong In, atau aku akan mengiris tanganku sendiri nanti.

”Masuklah ke kamar. Aku akan memanggilmu kalau makanan sudah siap. Jangan memperhatikan mereka terus-terusan. Aku tidak suka melihat wajahmu yang seolah-olah ingin membunuh Sehun-ah. Tidur dan dinginkan kepalamu,” Aku dapat merasakan tatapan melotot dari Kai, tapi aku tidak peduli. Aku tahu dia pasti bingung kenapa aku tahu isi hatinya. Sudah kubilang, salahkan saja mataku dan perasaanku yang sangat peka ini.

”Bagaimana kau...”

Kutatap mata sayunya itu. ”Kita bicarakan nanti malam saja, Jongie-ah. Aku sedang sibuk sekarang. Tidurlah.” Tak lama setelah aku kembali fokus pada masakanku, kudengar pintu kamarku tertutup setengah dibanting.

***

”Kau berhutang penjelasan padaku, Hyung” Suara berat Kai langsung menyambutku yang baru saja masuk kamar. Aku baru membereskan dapur dan meja makan setelah makan malam tadi.

”Kurasa kau dulu yang harus memberiku penjelasan,” sahutku sambil menarik piama dari tumpukan baju-bajuku. Dapat kurasakan kalau Kai masih menatapku tidak mengerti. ”Tunggu sebentar, aku mau ganti baju dulu,” Aku melangkah keluar kamar, menuju kamar mandi di sebelah dapur. Tidak mungkin aku berganti baju di dalam kamar saat ada Kai, bukan? Oh, mungkin tidak masalah kalau aku tidak memiliki perasaan khusus padanya. Tapi kenyataannya tidak seperti itu.

”Sekarang katakan padaku, apa yang harus kujelaskan padamu,” ucap Kai saat aku duduk di tepi ranjangku. Aku menatap ke arahnya.

”Tentang perasaanmu pada Luhan Hyung,” jawabku tenang. Lebih tepatnya berpura-pura tenang. Kau tahu, jantungku berdetak kencang, kurasa aku tidak siap mendengar jawaban Kai, walaupun sebenarnya aku sudah mengetahuinya.

Kai menatapku tidak percaya. ”Kau tahu kalau aku memiliki perasaan pada Luhan Hyung?” Ia berpindah dari tempatnya semula—ranjangnya—ke sebelahku. Aigo, semoga dia tidak mendengar degup jantungku..

”Aku benar?” Aku menyunggingkan senyum tipis, bersikap seolah aku tidak tahu apa-apa.

Kudengar Kai menghela napas panjang. ”Akhirnya ada juga yang mengetahui kalau aku menyukai Luhan Hyung..” Aku menoleh ke arahnya. Ia mendongakkan kepalanya, pandangannya lurus kepada langit-langit kamar. Tapi aku tahu ia tidak memperhatikan objek itu, ia tidak memandang apa-apa. Hanya menerawang.

”Lalu? Kau mau semua orang tahu kalau kau menyukai Luhan Hyung? Aku bisa saja menyebarkan berita ini, Jongie-ah..” Aku terkekeh.

Dengan cepat Kai menoleh ke arahku dan menatapku tajam. ”Jangan sekali-sekali, Hyung,” desisnya tajam.

Giliranku menghela napas panjang. ”Waeyo? Bukankah bagus kalau Luhan Hyung tahu kalau kau menyukainya?”

”Tapi aku tidak mau dia tahu.”

Aku mengangkat sebelah alisku. ”Waeyo, Jongie-ah?”

Kembali pandangannya menerawang. ”Itu hanya akan menambah sakit hatiku, Hyung.. Apa kalau ia tahu perasaanku dia akan meninggalkan Sehun dan menjadi milikku?” Ia menyunggingkan senyum miring. Aku tahu itu berarti senyuman terluka.

”Apa kau merasa baik jika terus memendamnya? Mengatakan atau tidak, kau tetap terluka, Jongie-ah,” Tanganku terjulur mengambil jam beker di atas nakas dan mengatur alarm-nya. Besok kami akan berangkat syuting pagi-pagi, tidak boleh bangun terlambat.

”Kau benar, Hyung. Tapi aku tidak bisa mengatakannya. Aku...”

”Takut kalau dia menjauhimu kalau kau mengatakannya?” potongku cepat. Lagi-lagi Kai menatapku tidak percaya.

”Hyung...”

”Hm?”

”Kau bisa membaca pikiranku. Itu menyeramkan.”

Aku hanya tertawa mendengar kata-katanya.

***

”Kyungsoo Hyung, kemarilah!” Aku yang sedang mengobrol bersama Chanyeol Hyung menoleh ke arah Kai yang melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Ada apa dengannya? Setelah berpamitan pada Chanyeol Hyung, aku menghampiri Kai.

”Ada apa?” Bukannya menjawab pertanyaanku, Kai malah menarik tanganku menuju bangku di bawah pohon. Astaga, lagi-lagi jantungku berulah.

”Temani aku makan di sini,” perintahnya. Aku tidak heran dengan sikapnya yang suka memerintah seenaknya itu. Aku sudah terbiasa. Aku pun duduk di sebelahnya.

Ah, ya, kami sedang melakukan syuting untuk drama terbaru sunbae kami, Choi Minho SHINee. Itulah alasan kenapa Luhan Hyung ada di Korea saat ini. Bersama Kris Hyung dan Lay Hyung, dia mendapat peran sebagai teman-teman sekolah Minho Sunbae seperti kami, EXO K. Saat mendengar kabar kalau mereka akan ke Korea, yang kupikirkan pertama kali adalah Kai. Apa ia akan senang dengan kedatangan Luhan Hyung? Atau malah bersedih karena akan lebih sering melihat HunHan moment?

Bahkan aku seperti tidak memikirkan perasaanku sendiri.

Menyedihkan, bukan?

”Hyung, gwenchana?” Aku merasakan tangan Kai menyentuh bahuku. Aku pun menoleh ke arahnya.

”Waeyo?”

Kulihat dia memutar bola matanya. ”Kau benar-benar tidak mendengarkanku.”

Aku mengangkat kedua alisku heran. ”Memangnya apa yang kaukatakan?”

Kai mendecak. ”Aku mengatakan kalau mungkin aku akan mengikuti saranmu semalam.”

”Tentang?” Jantungku berdegup kencang. Bodoh. Aku menyadari apa yang dimaksud Kai setelah aku bertanya. Kau bodoh, Do Kyungsoo.

”Aku akan menyatakan perasaanku pada Luhan Hyung.”

Ya! Nikmati kegalauanmu, Do Kyungsoo!

***

Luhan Hyung—serta Kris Hyung dan Lay Hyung—akan kembali ke China hari ini. Kami—EXO K—akan mengantar mereka sampai bandara. Aku gelisah. Entah kenapa perasaanku tidak enak. Apa yang akan terjadi nanti?

”Kyungsoo-ah, gwenchana?” Suara lembut Suho Hyung menyadarkanku. Aku hanya mengangguk perlahan.

”Apa kau bersedih karena harus berpisah denganku, Kyungsoo-ah?” Pertanyaan Lay Hyung membuatku tersenyum.

”Kurasa Suho Hyung-lah yang paling sedih, Hyung,” jawabku sambil menahan tawa. Dapat kulihat wajah Lay Hyung sedikit memerah.

”Jangan dengarkan kata-kata bocah ini, dia hanya bercanda,” sahut Suho Hyung sambil menjitak kepalaku. Apa-apaan leader ini? Aish, sepertinya ia salah tingkah, hihi.

Perjalanan ke bandara kuhabiskan dengan diam. Kai terlibat dalam percakapan seru dengan Luhan Hyung dan Sehun. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak dapat mendengar dengan jelas selain karena mereka bertiga duduk di belakang sopir sedangkan aku di belakang sendiri, pasangan Baekhyun Hyung dan Chanyeol Hyung sangat ribut di sebelahku. Kris Hyung, Suho Hyung dan Lay Hyung duduk di barisan tengah. Ngomong-ngomong, tumben Kai merasa betah berada di tengah-tengah Luhan Hyung dan Sehun. Apa ia sedang merencanakan sesuatu?

”Kyungsoo-ah, di EXO, siapa yang paling kausukai?” Pertanyaan dari Chanyeol Hyung membuatku terkejut. Astaga, aku disadarkan dari dunia khayalku dengan pertanyaan yang paling kuhindari. Dan lagi yang bertanya adalah rapper EXO K yang terkenal dengan suaranya yang sangat manly.

”Kau mau aku jujur atau bohong, Hyung?” tanyaku sambil tersenyum. Timbul niatku untuk mengerjai si Happy Virus tersebut. Aku terlalu lelah dengan hal-hal yang menyangkut perasaanku.

”Bohong,” jawab Baekhyun Hyung dengan cepat. Chanyeol Hyung tampak melotot ke arahnya. Aku menahan tawa.

”Jawablah dengan jujur, Kyungsoo-ah.. Kau masih kecil, tidak boleh berbohong,” ucap Chanyeol Hyung.

”Apa yang akan kaulakukan kalau aku mengatakan Baekhyun Hyung?” jawabku dengan pertanyaan. Aku masih menahan tawa. Astaga, ekspresi Chanyeol Hyung membuat wajahku semakin memerah karena menahan tawa. Apa-apaan wajah ingin membunuh yang konyol itu?

”AKU AKAN MELEMPARMU SEKARANG JUGA, DO KYUNGSOO!”

Tawaku meledak. Begitu juga Baekhyun Hyung yang duduk di antara aku dan Chanyeol Hyung. Kami berdua tertawa sangat keras, membuat penghuni kedua jok di depan kami menoleh.

”Jangan lempar Kyungsoo Hyung! Tidak akan ada yang memasak untuk kita nanti!” seru Sehun, yang disetujui oleh semuanya. Apa-apaan mereka? Mereka melindungiku untuk memperbudakku?

”Ah, kurasa kau benar, Sehun-ah. Baiklah, kau selamat kali ini, Kyungsoo-ah,” sahut Chanyeol Hyung. Dasar namja plin-plan.

Aku melirik Kai. Oh, apa arti tatapannya itu? Kenapa dia menatapku seolah ingin membunuhku? Apa yang terjadi padanya? Apa aku melakukan kesalahan? Satu-satunya kesalahanku adalah berani mencintainya.

”KaiDO eye contact! KaiDO eye contact!” seru Chanyeol Hyung tiba-tiba. Aku buru-buru membuang muka ke arah jendela. Sial, wajahku pasti memerah sekarang.

”Diamlah, Park Chanyeol. Kau sangat berisik,” Suara dingin Kris Hyung berhasil menghentikan kehebohan Chanyeol Hyung. Setengah menggerutu, akhirnya Chanyeol Hyung mengobrol dengan Baekhyun Hyung lagi.

***

”Hyung, saranghaeyo..”

Deg.

Dadaku seperti terhimpit sesuatu. Sesak.

”Nado saranghae, Kkamjong-ah..”

Tolong, bangunkan aku dari mimpi buruk ini!

”Hyung, kau serius?”

Kupastikan ia sangat bahagia saat ini. Suaranya jelas-jelas menunjukkan kalau ia sangat puas.

”Ne. Aku mencintaimu, Kkamjong-ah, sebagai dongsaeng. Kau mencintaiku sebagai hyung, bukan?”

Kuberanikan diri keluar dari persembunyianku, untuk mengintip mereka. Wajah yang kuperkirakan cerah tadi sekarang terlihat mendung. Jangan memasang wajah seperti itu, Jongie-ah. Itu sangat menyiksaku.

”Ta-tapi, Hyung...”

”Hyung! Kau mau tertinggal pesawat!?” Tiba-tiba saja Sehun muncul di antara mereka. Wajahnya terlihat penasaran dengan apa yang terjadi antara namjachingu-nya itu dengan Kai. Tapi sepertinya ia tidak peduli. Sehun menarik tangan Luhan Hyung menjauh.

Kai? Dia masih terpaku di tempatnya. Memandang kosong tembok di hadapannya, mungkin membayangkan kalau Luhan Hyung masih di sana. Kuberanikan diri mendekat ke arahnya. Kutarik lehernya ke arahku dan memeluknya. Ia menundukkan wajahnya di bahuku. Dapat kurasakan tubuhnya bergetar.

”Uljima, Jongie-ah..”

Ini sangat menyedihkan. Entah kisah siapa yang menyedihkan. Kisah Kai atau kisahku. Pada dasarnya kami sama. Bertepuk sebelah tangan.

***

”KIM JONG IN! KELUAR KAU!”

Aku terlonjak mendengar teriakan Sehun. Bukan hanya berteriak, maknae itu malah menggedor-gedor pintu kamarku dan Kai. Astaga, apa maunya pagi-pagi begini membuat keributan? Dan lagi, ia memanggil Kai tanpa embel-embel ”hyung” seperti biasanya? Apa yang terjadi pada maknae itu?

”Biar aku yang buka, Hyung,” Suara Kai menghentikan niatku yang sudah beberapa langkah dari pintu. Kai menyeret kakinya menuju pintu dan membukanya.

Buag!

Tubuh Kai ambruk di hadapanku setelah... Sehun meninjunya!?

”Oh Sehun! Apa yang kau lakukan!?” teriakku kalap. Aku menghampiri Kai, meletakkan kepalanya di pahaku, berkali-kali menanyakan apakah ia baik-baik saja.

”Apa yang terjadi di sini? Astaga, Kai, apa yang terjadi padamu? Oh Sehun, kau pelakunya?” Rentetan pertanyaan disampaikan Suho Hyung yang baru datang. Kulihat Chanyeol Hyung dan Baekhyun juga menghampiri kamarku dan Kai.

”Aku hanya memberi pelajaran pada orang tidak tahu diri itu, Hyung! Berani-beraninya dia mencintai Luhan Hyung! Luhan-ku!” jawab Sehun. Dari suaranya, jelas ia sedang marah. Dan yang membuatnya marah sungguh sangat konyol. Kurasa Kai bangkit dari posisinya. Aku membuka mulut untuk melarangnya, tapi ia menghadapkan telapak tangannya di wajahku.

”Gwenchana, Hyung,” ucapnya lemah, lalu menghampiri Sehun.

Sehun menatap tajam ke arah Kai, terlihat sangat ingin menghabisi namja itu. Begitu juga dengan Kai. Ia terlihat sangat menantang Sehun, seakan tidak peduli dengan bibirnya yang berdarah di ujung. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Begitu juga dengan para hyung. Kami hanya menatap keduanya dengan pandangan tolong-jangan-lakukan.

Tapi ini salah.

Saat tangan Sehun sudah mengepal kuat, secepat kilat aku berdiri, menarik tangan Kai. Ternyata Suho Hyung melakukan hal yang sama pada Sehun. Sekuat tenaga kami berdua menahan tubuh dua bungsu yang berusaha berontak itu.

”Lepaskan aku, Hyung! Aku harus memberi pelajaran padanya!” seru Sehun sambil meronta. Dibantu Chanyeol Hyung, Suho Hyung menahan Sehun. Dan aku dibantu Baekhyun Hyung.

”Lepaskan aku. Aku harus menebus kesalahanku. Biarkan dia menghajarku,” Berbeda dengan Sehun yang marah-marah, Kai justru tenang.

”Kau bodoh,” desisku tepat di telinganya. Aku menatap Sehun. ”Dia tidak bersalah, Sehun-ah. Kalau mencintai Luhan Hyung yang sudah menjadi milikmu adalah kesalahan dan mendapat pelajaran darimu, aku yakin tidak akan ada yang mencintai Luhan Hyung kecuali kau.”

Sehun menatapku tidak percaya. ”Apa yang kau...”

”Kenapa kau melakukan ini pada Jongie-ah? Seberapa bersalahnya dia padamu? Dia hanya mencintai Luhan Hyung, Sehun-ah. Kalau aku menjadi Luhan Hyung dan mengetahui apa yang kaulakukan pada Jongie-ah, aku pasti akan memutuskanmu. Perbuatanmu sungguh kekanak-kanakan,” Bahuku naik-turun setelah mengatakan hal itu. Kulihat Sehun hanya menatapku datar.

”Hyung, kau tidak perlu membelaku seperti itu,” Suara Kai memecah keheningan yang sempat tercipta. Aku menoleh padanya.

”Kuobati lukamu,” Aku menarik tangannya ke kamar, tidak peduli dengan tatapan-tatapan ingin tahu dari para hyung-ku.

”Sebenarnya kau tidak perlu melakukan hal itu, Hyung. Seharusnya kau membiarkanku dihajar Sehun,” ucap Kai setelah aku mengobati luka di ujung bibirnya. Ia menunduk.

”Dan membiarkanmu babak belur begitu saja? Tidak akan, Jongie-ah.”

Kai mengangkat kepalanya, menatapku yang di sebelahnya. ”Kenapa kau begitu baik padaku, Hyung? Kenapa hanya kau yang mengerti aku?”

Kedua bahuku terangkat, dan aku tersenyum singkat. ”Molla. Karena aku menyayangimu, mungkin?”

Kai juga tersenyum sekilas. ”Apa kau mengerti perasaanku saat ini, Hyung?”

”Kau hancur?”

Anggukan kepala merupakan jawabannya. ”Aku ditolak olehnya,” Ia mengangkat kepalanya, menatap langit-langit kamar. ”Tentu saja, ia sudah memiliki orang yang dicintainya sebagai namja, bukan dongsaeng. Seharusnya aku siap dengan konsekuensi itu dan mulai melupakannya, tapi aku tidak bisa. Aku masih terus memikirkannya sampai saat ini.”

Dan itu menyakitkan untukku, Jongie-ah. Kenapa kau harus menceritakan ini padaku? Apa karena hanya aku yang mengerti dirimu, eoh?

Kai menoleh ke arahku. ”Kau pernah merasakan yang kurasakan, Hyung?”

Aku mengangguk perlahan.

”Jinjja? Dengan siapa?”

Haruskah kukatakan? Haruskah kukatakan kalau orang itu adalah kau, Kim Jong In?

”Bagaimana kalau kujawab orang itu adalah...kau?” Tersenyum sekilas, yah, walau sedikit palsu.

Kai menatapku tidak percaya.

”Sudah kuduga kau tidak akan percaya. Lupakan saja. Astaga, sudah jam segini dan aku belum membuat sarapan! Aigo.. Benar-benar dua bungsu pengacau!” Aku menggerutu untuk menutupi kegugupanku. Secepat kilat aku keluar dari kamar dan menuju dapur. Sungguh, aku belum percaya kalau aku benar-benar mengatakan hal itu tadi.

***

Semenjak kejadian di pagi itu, hubungan Kai dan Sehun sedikit merenggang. Dulu mereka akrab, karena hanya selisih beberapa bulan, tapi sekarang mereka terlihat canggung satu sama lain. Kalau aku lihat, Kai terlihat sungkan dengan Sehun sedangkan Sehun terlalu gengsi untuk meminta maaf. Benar-benar kekanak-kanakan.

Sebenarnya, bukan hanya hubungan Kai dan Sehun saja yang merenggang, tapi hubunganku dengan Kai juga. Kai tidak pernah bercerita apa pun padaku lagi, aku juga tidak memaksanya untuk bercerita. Aku selalu mengajaknya bicara, tapi dia terkesan dingin padaku. Itu sangat menyiksaku, kau tahu?

Walaupun Kai ditolak oleh Luhan Hyung, setidaknya mereka masih berkomunikasi. Sedangkan aku dan Kai? Aku benar-benar berharap dia menganggap ucapanku saat itu hanyalah gurauan. Apa dia membenciku? Lebih baik ia mengatakan dengan lantang kalau ia membenciku daripada mendiamkanku seperti ini.

”Kyungsoo-ah, apa yang terjadi padamu? Kenapa suaramu sering terdengar fals?”

Aku hanya tersenyum simpul mendengar pertanyaan Baekhyun Hyung. ”Aku hanya sedang patah hati, Hyung..” jawabku sambil terkekeh. Baekhyun Hyung memutar bola matanya, yang menurut Chanyeol Hyung sangat imut.

”Aku serius, Kyungsoo-ah.. Ceritakan saja padaku kalau kau ada masalah, ne? Jangan dipendam sendiri!”

Aku juga serius, Hyung. ”Ne, tentu saja,” Aku tersenyum.

”Ah, iya, akhir-akhir ini Kkamjong-ah juga terlihat lesu,” Aku mengikuti arah pandang Baekhyun Hyung. Memang benar, Kai terlihat lesu. Dan aku tidak pernah tahu penyebabnya. Tidak mungkin karena kata-kataku, bukan? Mungkin saja ia ada masalah dengan Luhan Hyung, atau karena frustasi persahabatannya dengan Sehun merenggang. Molla.

”Kai dan Sehun sudah berbaikan. Ia juga sepertinya mulai bersikap biasa pada Luhan Hyung. Aku dan Chanyeol menebak-nebak apa yang membuatnya terlihat menyedihkan seperti itu,” Penuturan Baekhyun Hyung membuatku terpana. Kai dan Sehun sudah berbaikan? Bagaimana aku tidak tahu? Mengapa Kai tidak memberitahuku?

Ah, iya. Kai sepertinya sudah melupakanku.

”Kurasa kau ada hubungannya, Kyungsoo-ah,” Aku terkejut mendengar suara Chanyeol Hyung yang tiba-tiba. Dan apa katanya tadi? Aku ada hubungannya?

”Apa maksudmu, Hyung?”

”Ah, kau benar, Yeollie-ah! Kai dan Kyungsoo jarang sekali bersama akhir-akhir ini. Ada masalah apa antara kalian?” tanya Baekhyun Hyung. Apa yang harus kukatakan? Haruskah aku jujur kepada mereka?

”Ya! Waktu istirahat sudah habis, anak-anak. Kita latihan lagi!” Teriakan pelatih membuatku bernapas lega. Setidaknya aku selamat saat ini.

***

”Kau tidak tidur, Kyungsoo-ah? Ini sudah larut malam,” Suara Suho Hyung membuatku mengalihkan perhatianku dari televisi. Aku tersenyum sekilas.

”Aku belum mengantuk, Hyung,” jawabku lemah. Tidak sepenuhnya berbohong. Aku memang belum mengantuk, tapi sebenarnya aku menghindari Kai. Sejak selesai latihan tadi, dia terus memandangiku dengan tatapan aneh. Apa maksudnya?

”Sebaiknya kau istirahat sekarang. Besok kita ada pemotretan dan latihan, jangan sampai kau sakit,” Suho Hyung meraih remote di meja dan mematikan televisi. Aku hanya menghela napas. Dia memang leader yang perhatian, walau terkadang sedikit menyiksa.

”Arraseo, Hyung...” Aku melangkah lemas ke kamar. Dalam hati aku terus berdoa, semoga Kai sudah tidur.

”Aku lelah menunggumu, Hyung..” Suara lemah Kai langsung menyambutku yang baru saja menutup pintu. Tuhan, kenapa Kau tidak mengabulkan permintaanku?

”Untuk apa menungguku?” Ya! Kenapa suaraku terdengar ketus? Kulirik Kai, ia terlihat terkejut. Yah, kalau diingat-ingat, aku memang tidak pernah berkata ketus atau dingin padanya. Selalu lembut.

”Aku...ingin mengatakan sesuatu padamu..” Entah aku salah dengar atau apa, suaranya terdengar...gugup?

”Katakan saja,” Aku duduk di atas ranjang, bersandar pada dinding. Kai duduk di tepi ranjangku, menatapku dengan matanya yang sayu.

Kai berkali-kali menjilat bibirnya, kebiasaannya kalau sedang gugup. Melihat matanya, aku seperti mengetahui maksudnya. Tapi itu tidak mungkin. Pasti hanya perasaanku saja. Aku tidak boleh terlalu ge-er begini.

”Hyung, apa kau masih...mencintaiku?”

Deg.

Dapat kurasakan pipiku memanas. Kutundukkan kepalaku, pasti wajahku seperti kepiting rebus sekarang. Kenapa Kai harus bertanya seperti itu?

”Jawab aku, Hyung..” pintanya memelas. Oh Tuhan, ini benar-benar siksaan bagiku. Aku semakin tidak berani mengangkat kepala, karena pasti yang kulihat adalah wajah memelas Kai yang...imut.

Aku masih bergelut dengan pikiranku sendiri saat tiba-tiba tangan Kai terjulur meraih daguku dan mengangkat kepalaku perlahan. Mata kami langsung bertatapan. Aku menelan ludah dengan susah payah. Sial, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku sedikit pun.

”Apa kau membenciku, Hyung?”

Mana mungkin aku membencimu, bodoh!?

”Baguslah. Kupikir kau membenciku karena kau tidak menjawab pertanyaanku.”

Mataku membulat mendengar ucapannya. Dan aku baru sadar kalau aku mengucapkan apa yang kupikirkan. Dasar Kyungsoo pabbo!

”Lalu, apa kau masih mencintaiku?”

Aku menelan ludah dengan susah payah sekali lagi, lalu mengangguk perlahan. Senyum Kai mengembang. Sungguh tampan...

”Hyung, bantu aku untuk melupakan perasaanku pada Luhan Hyung dan...menambah rasa cintaku padamu.”

Aku menatap Kai tidak percaya. Apa maksudnya ini? Perasaanku terbalas?

”Saranghaeyo, Kyungsoo Hyung..”

Detik berikutnya aku merasakan hangatnya pelukan seorang Kim Jong In.

### END ###

FF/Shonen-ai/yaoi/KaiSoo or KaiD.O/Purple Rose/Oneshoot/By^KaiChen^





Title           :: Purple Rose

Author       :: ^KaiChen^ a.k.a AlitdwiaTriple’s Inspirit Kpop^^

Genre        :: AU, Shonen-ai/YAOI, Romance, little angst

Rate            :: T [PG-13]

Lenght       :: Oneshoot [1s]

Cast            ::      
  •  EXO-K Kai as Kim Jong In
  •  EXO-K D.O as Do Kyung Soo
  •  Kim Na In (OC)
  •  And others cast.....

Pairing        :: KaiSoo [Kai x kyung Soo] or KaiD.O

Disclaimer :: Cast dan others cast adalah milik Tuhan, Keluarga mereka, serta agency mereka masing-masing. Namun, cerita ini murni hasil ketikan saya sendiri^^

Note           :: cerita ini asli dari pemikiran sang author,,, jadi ini semua hanya sebuah imajinasi …o,ya bagi yang tidak suka harap tidak membaca FF buatan saya ini,,^^ terimakasih sebelumnya :D dan bagi kalian yang sengaja maupun tidak sengaja (?) membaca FF saya, mohon tinggalkan jejak kalian berupa RCL… Gomawo before #Bow with all cast#

Warning!!! Ini FF YAOI, abal-abal, tidak sesuai EYD, typo(s) bertebaran dimana-mana, judul tidak sesuai dengan cerita…dan kehancuran lain yang terdapat di FF gaje ini…
Not Like? Don’t Read please......
No Plagiator and No Bash......
I made it, no for Bashing.....
ThankYou^^
∞ Happy Reading ∞

********************Purple Rose*****************

Seorang namja tampan melangkah perlahan menyusuri lorong yang bernuansa putih tersebut. Raut wajahnya nampak bingung, setiap beberapa langkah ia kembali berhenti untuk menoleh ke belakangnya namun… tak ada apa disana hanya sebuah lorong yang tak ada ujungnya. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika mendengar jeritan seorang yeoja yang begitu lirih. Namja itu tampak menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri mencari sumber suara tersebut.

“oppa….oppa….oppa….” jeritan seorang yeoja itu makin terdengar ketika sang namja kembali melangkah.
Dan tiba-tiba saja sebuah cahaya yang menyilaukan matanya datang sehingga membuat sang namja memejamkan matanya.

“oppa….” jeritan yeoja tersebut terdengar begitu dekat, sang namja membuka kedua matanya secara perlahan.

“Na In-ya!!” ujar sang namja setelah melihat sosok yeoja di depannya, sebuah senyuman terukir indah dibibirnya. Perlahan namja tersebut berjalan mendekati sang yeoja namun, semakin namja tampan itu melangkah mendekati sang yeoja, sang yeoja malah terlihat semakin jauh. Sang namja berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya.

“mengapa semakin aku melangkah mendekat kau semakin menjauh…” ucapnya heran.

Sang yeoja hanya tersenyum miris lalu menggelengkan kepalanya lemah.

“apa yang terjadi Na In-ya??” tanyanya dengan tatapan yang sendu.

Yeoja itu kembali menggeleng lalu sebutir air mata jatuh dari mata indahnya. “aku…aku..mencintaimu oppa…aku sangat mencintaimu….jangan pernah lupakan itu oppa….” ujar yeoja tersebut lirih.

“nado…aku juga sangat mencintaimu…aku tak akan pernah melupakanmu…sepanjang hidupku..” sahut sang namja tak kalah lirihnya, sejujurnya ia tak mengerti apa yang sedang ia alami sekarang.

“aku…harus pergi sekarang… saranghaeyo oppa….bahagialah….” tubuh sang yeoja tiba-tiba saja memudar dari pandangan sang namja. Air mata sang namja tiba-tiba saja mengalir.

“Na In-ya!! Na In-ya!! Kim Na In!!!!!!!!!!” teriak sang namja sambil terisak.

“oppa!!! oppa!!! Ireona!!!!” ujar seorang yeoja sambil menggoyang-goyangkan  tubuh seorang namja yang tengah berteriak memanggil namanya dengan mata  yang terpejam.

“oppa!!!” yeoja tersebut berteriak tepat di depan wajah sang namja. Sang namja terbangun dari tidurnya dan terduduk di sofa.

“Na In-ya!! Neo gwaenchana??” tanya namja tersebut sambil memegang bahu  yeoja di depannya dan menatap dalam matanya.

“nan gwaenchana oppa” sahut sang yeoja sambil mengangguk.

“oh..syukurlah” namja tersebut menarik yeoja tersebut ke dalam pelukannya. Yeoja tersebut hanya tersenyum menanggapi pelukan sang namjachingu.

“apakah oppa lapar??” tanya yeoja yang dipanggil Na In itu.

“ehhm… ne.. buatkan aku makanan…aku lapar~” sang namja melepaskan pelukannya.

“baiklah” Na In melangkah meninggalkan sang namja menuju dapur. Ia mulai mengambil bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk memasak spaghetti. Namun, baru saja ia akan menghidupkan kompor, sebuah lengan kekar melingkar manis di pinggangnya. Na In sontak menoleh dan menemukan namja tampannya tersenyum manis.

“oh sudahlah oppa…katanya kau lapar, mengapa kau mengangguku??” ucap Na In.

“baiklah… tapi setelah kau memberikanku sebuah ciuman disini…” sang namja menunjuk bibirnya.

“aniya!!!” teriak Na In seraya melepas tangan namja itu dari pinggangnya.

“aish…reaksimu berlebihan Kim Na In” ujar sang namja sambil menggeleng pelan.
“permintaanmu itu yang berlebihan Kim Jong In” sahutnya lalu mulai memasak.

Sang namja tampan bernama Kim Jong In itu pun melangkah menuju meja makan dan duduk di salah satu kursi disana. Dipandanginya yeoja cantiknya yang semakin terlihat cantik jika memasak itu.

“ohya oppa… mengapa oppa memanggil namaku saat kau tidur tadi?? apa kau memimpikan aku??” tanya Na In.

“eehhhm… tidak apa-apa…hanya mimpi tak penting” ujarnya setenang mungkin.

“oh…baiklah…” Na In kembali fokus terhadap spaghetti yang dibuatnya.

“memang kau sedang apa tadi??” namja bernama Jong In itu menuangkan air ke dalam gelasnya.

“aku sedang menanam bunga mawar”

“apa?? kau menanan bunga mawar lagi?? memangnya bunga mawar yang kemarin sudah mati??”

“aniyo!! bunga mawar itu tak boleh mati…kau taukan bunga mawar itu sangat langka…dan aku sangat suka warnanya itu”

“tapi…mengapa kau menyukai bunga mawar ungu?? bukannya bunga mawar berwarna putih lebih bagus??”

“bunga mawar ungu itu sangat elegant oppa… dan aku menyukainya…”
Jong In menghela nafasnya, dia sangat mengerti yeoja di depannya ini.

“baiklah…tanamlah bunga mawar itu sebanyak yang kau mau”
Na In menoleh kebelakangnya, menatap Jong In yang sedang meneguk air minumnya, lalu senyuman merekah di bibir tipisnya “gomawo oppa”

***|KaiD.O|Purple Rose|***

“lihat bunga itu oppa!! bukankah sangat indah??” Na In menunjuk bunga yang terletak di hadapannya.

“ehmm… sama indahnya dengan dirimu…” Jong In membelai lembut rambut yeoja di sampingya. Kini mereka berdua sedang duduk di taman belakang rumah Jong In yang penuh dengan bunga mawar ungu yang ditanam Na In.

“oppa~” pipi Na In kini bersemu merah karena ucapan Jong In tadi.

“aku bersungguh-sungguh” Jong In membelai lembut pipi Na In.

“aku...uhuk…uhuk…uhuk…” Na In terbatuk-batuk, Jong In terlihat cemas saat melihat sang yeojachingu yang tiba-tiba saja terbatuk-batuk.

“kau kenapa chagi??” Jong In memegang bahu Na In, namun yeoja dihadapannya hanya menggeleng sambil terus terbatuk dan memegangi dadanya. Nafasnya terasa sesak, ia semakin kesakitan dan akhirnya ia pingsan dalam pelukan Jong In.

“Na In-ya!!” Jong In berteriak saat melihat yeojanya yang tiba-tiba saja tak sadarkan diri.
Jong In membawa Na In ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Na In dilarikan keruang UGD. Sedangkan
Jong In tetap berdiri dengan gelisah di luar ruangan. 30 menit berlalu, seorang namja bertubuh tinggi berjas putih keluar dari ruang UGD. Jong In segera menghampiri namja tersebut.

“bagaimana keadaan Na In, dok??”

“apakah ia  mengidap penyakit kanker paru-paru??”

“apaa?? kanker paru-paru?? saya tidak pernah mendengar ia menderita penyakit itu…”

“tapi,, setelah saya periksa, ternyata ia mengidap penyakit kanker paru-paru stadium akhir..”

“MWOO??” Jong In membelalakan matanya tak percaya dengan ucapan sang dokter.

“lalu dimana ia sekarang dok??”

“dia sudah dipindahkan ke ruang ICU…”

“apa saya bisa menjenguknya dok??”

“baiklah, tapi hanya 30 menit”

“baik dok, terimakasih” Jong In membungkuk hormat pada sang dokter dan melangkah menuju ruang ICU.

Dengan perlahan dibukanya pintu ruang ICU tersebut, ia melangkah gontai mendekati ranjang dimana Na In terbaring dengan semua alat medis yang menempel di tubuhnya. Diraihnya tangan kanan Na In, digenggamnya erat seolah tak mau kehilangan yeoja manis itu. Setetes air mata nampak membahasi pipinya, rasa sesak memenuhi rongga dadanya. Apa yang dimaksud mimpi itu adalah ini?? Jika iya, ia benar-benar tak ingin yeoja yang sangat ia cintai ini pergi dari sisinya. Perlahan mata indah Na In mulai terbuka, “Na In-ya” lirih Jong In. “mengapa kau tak pernah cerita kalau kau menderita penyakit ini??”

Na In  menggeleng lalu sebutir air mata jatuh dari mata indahnya. “aku…aku..mencintaimu oppa…aku sangat mencintaimu….jangan pernah lupakan itu oppa….” ujar Na In begitu lirih.

“nado…aku juga sangat mencintaimu…aku tak akan pernah melupakanmu…sepanjang hidupku..” sahut Jong In tak kalah lirihnya.

 “aku…harus pergi sekarang… saranghaeyo oppa….bahagialah….” mata Na In perlahan-lahan tertutup kembali, dan kali ini mata indah itu tak akan terbuka lagi. Air mata Jong In kembali mengalir.

“Na In-ya!! Na In-ya!! Kim Na In!!!!!!!!!!” teriak Jong In sambil terisak dan memeluk tubuh Na In yang kini sudah tak bernyawa tersebut.

***|KaiD.O|Purple Rose|***

Seorang namja manis sedang asyik melihat-lihat bunga di sebuah toko bunga. Matanya nampak berbinar-binar ketika melihat sebuah bunga mawar yang telah menarik perhatiannya. Ia berjalan perlahan mendekati meja dimana bunga mawar itu berada.

“Nona, berapa harga bunga mawar ini??”

“harganya 10 ribu won, bunga mawar berwarna ungu ini sangat langka disini dan ini bunga satu-satunya yang dijual disini” ujar yeoja penjaga toko bunga tersebut.

“baiklah, aku beli bunga ini” namja manis itu tersenyum seraya menyerahkan uangnya.

“terimaksih tuan, ini bunganya…selamat berkunjung kembali” ucap sang penjaga toko sambil membungkuk dan tersenyum manis.

“ne” sang namja manis keluar dari toko bunga tersebut. Saat sang namja manis menyebrangi jalan, tanpa diduganya seorang namja tinggi menabraknya dan membuat pot beserta bunganya jatuh ke tanah dan pecah. Sang namja manis terlihat sedih dan sang namja tampan merasa bersalah. “maafkan aku…aku tidak sengaja…” ujar namja itu sambil membungkuk.

“bunga mawarku…” lirih sang namja manis. Namja tampan di depannya melihat ke bawahnya dan menemukan bunga mawar yang sudah rusak tersebut.

“bunga mawar ungu…”gumam namja tampan itu lalu menoleh ke arah namja manis yang masih terpaku melihat keadaan bunga mawar yang baru dibelinya 15 menit yang lalu.

“akan aku ganti bunga mawarmu…”

“kau tidak akan menemukan bunga mawar itu lagi, bunga mawar itu langka, dan di toko tempat aku
membelinya hanya ada satu”

“jangan khawatir…aku mempunyai banyak bunga tersebut” Sang namja manis menatap namja didepannya.

“ikutlah denganku!!” namja tampan itu menarik lengan namja manis itu agar mengikuti langkahnya.

“benarkan apa yang aku bilang” namja tampan dan namja manis itu kini sudah berada di halaman belakang rumah namja tampan itu. Sang namja manis terlihat kaget setelah melihat puluhan bunga mawar ungu yang langka itu ada di setiap sudut halaman belakang rumah namja tampan di sebelahnya ini.

“ba..bagaimana kau bisa memiliki bunga mawar sebanyak ini??” tanyanya tak percaya.

“yeojachingu-ku yang menanamnya…ia sangat menyukai bunga mawar itu” sang namja manis menoleh ke sampingnya begitu pula namja tampan tersebut.

“ambilah sesuka hatimu…” ujar namja tampan itu sambil tersenyum.

Deg, jantung namja manis tersebut berdetak lebih cepat setelah melihat senyuman namja tampan di depannya ini yang begitu mempesona.

“ba..baik…lah” ucapnya terbata. Ia mulai melangkah mendekati bunga-bunga mawar tersebut.

“ohya!! Kau mau minum apa??” tanya namja tampan itu.

“tidak usah…aku datang kesini hanya untuk mengambil bunga ini..”

“tapi kau tamuku!! lagian itu sebagai tanda maafku”

“tidak usah…aku hanya sebentar..”

“baiklah…orange juice oke?? akan ku ambilkan” namja tampan itu melangkah masuk ke dalam rumahnya.

Namja manis itu membalikkan tubuhnya dan melihat namja tampan itu yang sudah masuk ke dalam rumah.

“namja yang keras kepala..” namja manis itu hanya menggeleng pelan lalu kembali melanjutkan kegiatannya mengambil sebuah bunga mawar ungu yang akan ia tanam di rumahnya.

 “hanya satu??” tanya Jong In –namja tampan tadi- sambil menyerahkan segelas orange juice pada namja manis yang sedang duduk sambil memandangi bunga mawar yang ada dipangkuannya.

Namja manis itu menoleh ke arah Jong In lalu meletakan pot berisi bunga mawar ungu itu di sampingnya.

“gomawo” namja manis itu mengambil orange juice yang diberikan Jong In.

“satu saja sudah cukup, aku bisa memperbanyaknya lagi” namja mais itu berucap setelah meneguk orange juice di tangannya. Jong In hanya berguman menanggapi jawaban dari namja manis di sampingnya ini. Sudah 10 menit mereka duduk di bangku kayu itu namun tak ada yang membuka mulutnya, hanya deru nafas mereka yang terdengar di antara mereka. Namja manis itu menoleh ke arah Jong In lalu berucap “sepertinya aku harus pulang…” Jong In menoleh ke sampingnya. Mata mereka bertemu sejenak, saling menatap satu sama lain. Namja manis itu lalu membalikan badannya dan beranjak dari duduknya. “a-aku harus pulang” pipi namja manis itu terlihat memerah dengan jantungnya yang berdebar-debar tak karuan.

“ba-baiklah..akan kuantar kau sampai depan..” Jong In berdiri dari duduknya dan melangkah menuju halaman depan rumahnya. Namja manis tersebut mengikuti Jong In dari belakang.

“baiklah…aku pulang…terimakasih atas bunga mawar ini” namja manis itu tersenyum simpul.

“ne…itu semua untuk kesalahanku yang tak sengaja menghancurkan bunga yang baru kau beli”

“gwenchana…annyeong!!” namja manis itu membungkuk sebentar lalu membalikkan badannya hendak melangkah.

“tunggu!! siapa namamu??” namja manis itu berbalik kembali untuk menghadap Jong In.

“aku…namaku Do Kyung Soo” namja manis itu tersenyum lembut.

“eehhmm…namaku Kim Jong In”

“senang bertemu denganmu Jong In…annyeong!!” namja manis itu kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda tadi.

“annyeong!!” Jong In tersenyum kikuk sambil mengusap-usap tengkuknya.

“namja yang manis….” gumamnya lagi lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya.

***|KaiD.O|Purple Rose|***

Seorang namja tampan melangkah perlahan memasuki sebuah toko bunga di hadapannya, matanya tertuju pada puluhan bunga mawar putih yang terlihat begitu indah itu.

“selamat pagi tuan…apa anda ingin membeli bunga mawar putih ini??” tanya sang penjaga toko bunga yang sudah berdiri di sampingnya.

“ne…berikan aku lima tangkai bunga mawar putih ini, dan rangkai bunga mawar ini dengan bunga mawar yang kubawa ini” namja tampan itu menyerahkan lima tangkai bunga mawar ungu kepada sang penjaga toko.

“baiklah tuan…harap tunggu sebentar…” penjaga toko itu mengambil lima tangkai bunga mawar ungu dari tangan namja tampan itu dan juga mengambil lima tangakai bunga mawar putih untuk di rangkainya.

Namja tampan itu kembali melangkah, melihat-lihat bunga yang ada di dalam toko ini. Dan tanpa disengaja ia menabrak seseorang yang baru saja masuk ke dalam toko bunga itu.

“aauuww..” orang yang ditabrak oleh namja tampan itu meringis karena ia terjatuh ke lantai.

“mianhae…” namja tampan itu membungkuk lalu mengulurkan tangannya untuk menolong orang yang ditabraknya tadi.

“Jong In??” orang tersebut mengernyitkan dahinya.

“eh?? Kyung Soo…” orang yang ditabrak Kim jong In itu ternyata adalah seorang Do Kyung Soo, namja yang juga ditabraknya kemarin.

“mengapa kita selalu bertemu dengan keadaan seperti ini??” Kyung Soo berucap sambil meraih tangan Jong In lalu berdiri.

“entahlah…aku juga tidak mengerti” Jong In tersenyum kikuk.

“ohya, sedang apa kau disini??” tanya Kyung Soo.

“aku?? aku sedang membeli bunga mawar putih..”

“untuk siapa?? yeojachingumu??”

“ehhmmm…ne…lalu kau sedang apa disini??”

“aku?? aku mau membeli bunga mawar putih juga,, akan ku tanam dirumah….”

“tuan..ini bunga yang anda pesan…” penjaga toko itu melangkah mendekati Jong In dan Kyung Soo yang sedang mengobrol di depan pintu masuk itu.

“ahh…terimakasih…ini uangnya” Jong In mengambil rangkain bunga mawar tersebut lalu menyerahkan uangnya.

“terimakasih tuan, selamat berkunjung kembali…” penjaga toko itu tersenyum manis.

“ohya, nona bunga mawar putihku bagaimana??” tanya Kyung Soo pada penjaga toko tersebut.

“oh..tuan!! ohya, bunga anda sudah saya siapkan, tunggu sebentar…” penjaga toko tersebut melangkah meninggalkan mereka berdua.

“hei…kau tidak jadi menemui kekasihmu??” tanya Kyung Soo saat melihat Jong In yang masih berdiri di sampingnya.

“ehhmm…itu..itu…ehhm..” Jong In bergumam tak jelas sambil mengusap-ngusap temgkuknya.

“kenapa??”

“ehm..maukah kau menemaniku??” tanya Jong sambil menggigit bibir bawahnya.

“eh?? menemanimu??” Kyung Soo terkejut mendengar ucapan Jong In.

“ne..”

“apa yeojachingumu tidak merasa terganggu jika aku ikut…”

“aniya!!” sahut Jong In cepat.

“ehhmm…baiklah..” Kyung Soo tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Setelah mendapatkan se-pot mawar putih untuk ditanam Kyung Soo dirumahnya, mereka berduapun pergi untuk menemui kekasih Jong In.

“eh?? kuburan?? mengapa kita kemari??” tanya Kyung Soo saat mereka sudah sampai di tepat tujuan.

“yeojachingu-ku sudah meninggal setahun yang lalu..” jawab Jong In sambil terus berjalan.

Kyung Soo menutup mulutnya, seolah tak percaya akan kata-kata yang barusan diucapkan oleh Jong In.

“maaf..”lirih Kyung Soo namun masih bisa terdengar oleh Jong In.

“gwaenchana…lagian ia tidak meninggal karena kau” Jong In terkekeh kecil.

Sesampainya di kuburan Na In, ia meletakan rangkaian bunga mawar yang dibelinya tadi di depan batu nisan Na In.

“aku datang membawa bunga kesukaanmu..maaf aku baru menjengukmu sekarang…apa kau baik-baik saja disana??” Jong In mengusap-usap batu nisan tersebut.

“aku rasa ia bahagia disana…” Kyung Soo ikut berjongkok di samping Jong In. “hai, namaku Kyung Soo…aku teman baru Jong In…sedang bertemu denganmu..ehhmm…” Kyung Soo menoleh ke arah Jong In. “Na In, namanya Kim Na In” seolah mengerti arti tatapan Kyung Soo, Jong In menjawabnya dengan cepat. “Na In-ssi” Kyung Soo tersenyum memandangi nisan dihadapannya.

“aku..uhuk..uhuk…uhuk…” Kyung Soo tiba-tiba saja terbatuk sambil memegangi dadanya yang begitu sesak.

“Kyung Soo-ssi!! kau kenapa??” tanya Jong In dengan raut wajahnya yang sangat khawatir.
Kyung Soo menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memegangi dadanya. Jong In menatap mata Kyung Soo yang sama seperti keadaan Na In tahun lalu, mata yang begitu menyiratkan  betapa sakitnya ia sekarang.
Bayangan masa lalu nya membuatnya tak tinggal diam digendong Kyung Soo ala bridal style menuju mobilnya.

“kau harus selamat!!”gumam Jong In sambil menyalakan mobilnya dan menancap gasnya.

***|KaiD.O|Purple Rose|***

Jong In membawa Kyung Soo ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Kyung Soo dilarikan ke ruang UGD. Sedangkan Jong In tetap berdiri dengan gelisah di luar ruangan sama seperti setahun yang lalu saat ia menunggu Na In. 30 menit berlalu, seorang namja bertubuh tinggi berjas putih keluar dari ruang UGD. Jong In segera menghampiri namja tersebut.

“bagaimana keadaanya dok??”

“apakah ia mengidap penyakit kanker paru-paru??” pertanyaan yang sama terlontar kembali dari dokter yang menangani Na In setahun yang lalu.

“eoh?? saya tidak tau dok…” jawab Jong In.

“setelah saya periksa tadi, ternyata ia menderita penyakit kanker paru-paru stadium awal..”

“apakah itu berarti ia masih bisa disembuhkan??” tanya Jong In dengan penuh harapan.

“tentu saja…asal ia rajin mengikuti terapi dan juga meminum obat yang kami sarankan…ia akan sembuh…” jawab Dokter tersebut sambil tersenyum.

“pasti!! ia akan melakukan terapi itu,, saya yang akan menjaminnya..”

“baiklah, sekarang pasien sudah dipindahkan ke ruang rawat..anda sudah bisa menjenguknya..”

“terimakasih dok, saya permisi dulu” jong In membungkukkan badannya lalu melangkah melangkah meninggalkan dokter tersebut.

Sesampainya ia didepan ruang rawat bernomor 501 itu ia berhenti sejenak, menghela nafasnya lalu mulai menggerakkan tangannya menuju knop pintu dihadapannya. Diputarnya dengan perlahan dan sosok namja manis yang masih memejamkan matanya dengan berbagai alat medis ditubuhnya pun tertangkap oleh pandangannya. Dilangkahkannya kakinya perlahan mendekati ranjang dimana namja manis itu berbaring. Dibelainya lembut pipi putih milik namja manis itu.

“Kau pasti sembuh…aku janji…” ia tersenyum yakin.

***|KaiD.O|Purple Rose|***

“mengapa kau menemaniku setiap hari?? apa aku tak merepotkanmu…” ucap seorang namja manis di kursi roda itu pada seorang namja tampan yang mendorong kursi rodanya.

“aniya!! bukannya aku sudah bilang kalau aku akan menemanimu sampai kau sembuh, aku sudah berjanji kan??” sahut namja tampan itu.

“jadi, setelah aku sembuh kau tak akan menemaniku lagi??” namja manis itu mendesah kesal kerena perkataannya tadi. ‘bodoh!! mengapa kau berkata seperti itu!!!’ batinnya kesal.

Namja tampan itu berhenti mendorong kursi roda itu dan berjongkok menghadap namja manis didepannya sedangkan sang namja manis hanya tersenyum kikuk karena ia masih merasa kesal akan ucapannya tadi.

“tidak…aku tidak akan meninggalkanmu…aku akan selalu berada disisimu…selamanya…” ucap sang namja tampan sambil mendekatkan wajahnya ke wajah namja manis itu. Sontak namja manis itu memejamkan matanya. Dikecupnya lembut kening namja manis itu, lalu turun ke kedua matanya, kehidungnya, ke kedua pipinya dan berakhir di bibir chery miliknya.

“aku mencintaimu…saranghaeyo Kyung Soo hyung~”

“nado saranghae…Kim Jong In~”

***|KaiD.O|Purple Rose|***

Namja tampan itu kembali melangkah perlahan menyusuri lorong yang bernuansa putih tersebut. Raut wajahnya nampak bingung, setiap beberapa langkah ia kembali berhenti untuk menoleh ke belakangnya namun… tak ada apa disana hanya sebuah lorong yang tak ada ujungnya. Ia berhenti setelah melihat pintu kayu berwarna coklat di depannya. Dibukanya perlahan pintu itu, saat matanya memandang sekeliling ruangan dibalik pintu kayu yang ternyata adalah sebuh taman itu. Ia berhenti setelah melihat seorang yeoja yang sedang memetik sebuah bunga mawar ungu dihadapannya. Yeoja cantik itu menoleh ke arah namja tampan itu lalu tersenyum begitu lembut.

“kau sudah datang oppa…” sapanya, sang namja tampan hanya mengangguk pelan.

Yeoja cantik itu melangkah perlahan mendekati namja tampan yang masih terpaku ditempatnya berdiri.

“bunga ini cantik bukan??” tanyanya sambil menunjukkan bunga mawar ungu yang ada ditangannya. Namja tampan itu kembali menjawab pertanyaan yeoja cantik itu dengan sebuah anggukan.

“simpanlah bunga ini, jagalah ia seperti menjaga dirimu…lindungilah dia seperti ia melindungimu…bahagiakanlah ia seperti ia membahagiakanmu…” yeoja cantik itu menyerahkan bunga mawar di tangannya pada namja tampan dihadapannya.

Namja tampan itu mengambil bunga mawar yang diserahkan oleh yeoja cantik tadi lalu ia tersenyum manis padanya.

“aku pergi!! annyeong!!” yeoja cantik itu melambaikan tanganya lalu sosoknya pun menghilang bersama angin. Namja tampan itu ikut melambaikan tanganya lalu berucap “akan kulakukan apa yang kau katakana Na In-ya!!”

Seorang namja manis sedang asyik memandangi wajah namja tampan didepannya yang masih tertidur dengan damainya. Digerakanya jari telunjuknya menyusuri setiap lekuk wajah tampan namja dihadapanya. Tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh tangan namja tampan itu yang memegang tangan yang menyusuri wajahnya tadi.

“kau sudah bangun??” tanyanya. Sang namja tampan membuka perlahan kedua matanya lalu merubah posisinya menjadi duduk.

“ne..” sahutnya sambil memeluk namja manis didepannya.

“sudahlah Kim Jong In…jangan bermanja-manja seperti ini” ujar sang namja manis bernama Kyung Soo itu.

“aku lapar Hyung~~” rengeknya.

“baiklah…akan kumasakan kau spaghetti special untukmu…”

“jinchayo?? kajja!! masakan aku sekarang…aku sudah lapar…”

“araseo…” Kyung Soo melangkah menuju dapaur dengan Jong In yang mengikutinya dari belakang.

“Hyung~~” ucapnya manja sambil memeluk tubuh Kyung Soo dari belakang.

“ne??” tanya Kyung Soo sambil menggenggam tangan Jong In yang ada di perutnya.

“Sarangheyo…”

“nado~~sarangheyo…”

“kiss me pleaseeee~~” Jong In membalikan tubuh namja manis dihadapanya ini. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah Kyung Soo lalu mengecup bibir chery milik namja manis itu.

Bunga itu yang menjadi saksi kehilanganku atas dirinya…
Namun bunga itupun yang menjadi saksi pertemuanku denganmu…
Aku menyayangi kalian berdua…
Sarangheyo Do Kyung Soo…
Nado Sarangaheyo Kim Na In…
-Kim Jong In-

********************Purple Rose****************

25 Oktober 2013

(Repost) Oneshoot – BAEKYEOL/ CHANBAEK | Eien No Ai |

Title:  EIEN NO AI
Author: Nine-tailed Fox
Genre: Romance, Little bit angst
Cast: Byun Baekhyun
         Park Chanyeol
Length: 1 Shoot

Warning: OOC, YAOI, BL STORY (BOYS LOVE), DON’T LIKE DON’T READ

 
Aduh ga tau ini apa…baru pertama kali nulis pairing EXO…jadinya susah dapet feel…pengennya angst tapi…kayaknya ga sedih2 amat sih. Yah begitulah *apaan? Oia, cerita ini terinspirasi dari banyak hal…ada sinetron. Ikaln, de el el. Hehe!

Monggo dibaca…~


Selamat pagi sayangku…
Selamat siang cintaku…
Selamat sore cantikku…
Selamat malam manisku…

Selamat tidur malaikatku…

Selamat tinggal…kebahagiaanku.


Suatu hari nanti, akan tiba saatnya…aku tak dapat lagi mengucapkan semua ungkapan manis yang biasanya kulantunkan hanya untukkmu.
Aku tahu kalau bumi bukanlah tempat bagi malaikat sepertimu untuk tinggal, karena itu pastilah kau akan pergi meninggalkanku entah kapan waktunya.
Aku siap, aku siap kapan pun menerima rasa sakit ini…
Asalkan malaikatku…pergi dengan perasaan bahagia.

Sebuah rumah kecil yang nyaman dan indah, sebuah bangunan kecil namun berdiri bertahun-tahun dengan penuh kebahagian dan cinta didalamnya. Adalah dua orang, sepasang jiwa tak abadi yang mendiami rumah tersebut.

Pagi ini pagi yang cerah…sangat cerah bahkan burung-burung pun dengan senang hati bernyanyi riang menyambut datangnya mentari. Seorang lelaki, tampan dengan rambut coklat madunya, rupawan dengan pahatan parasnya yang elok dan berpostur tubuh sempurna layaknya sebuah karya seni. Ia duduk didepan televisi…ditemani sebuah koran pagi ditangan dan secangkir kopi panas diatas meja.

Televisi dalam keadaan mati, ia lebih senang mengikuti berita dengan membaca koran saja. Sesekali tangannya bergerak untuk mengganti satu halaman ke halaman lainnya, ia mendesah ringan saat menemukan berita yang sekiranya tidak mengenakan untuk dibaca.

“Chanyeol…astaga kau belum siap sama sekali?”

Mendengar namanya disebut, lelaki itu berpaling dari koran sahabat paginya dan menoleh kearah asal suara…lebih tepatnya kearah kanan, dimana kemudian ia mendapati sosok lelaki lain tengah berdiri disana.

Chanyeol agak heran, bumi masihlah tempat yang dipijaknya, namun mengapa…ia melihat sosok malaikat seindah ini dihadapannya.

“Hei! Jangan menatapku seperti itu! Sebaiknya kau segera membenahi diri…sebentar lagi siang, aku tidak ingin membuang-buang waktu!”

Chanyeol tidak akan mengatakan bahwa beberapa detik lalu ia baru saja merasa tengah berada disurga, pada lelaki cantik itu. Ia hanya tertawa, memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi dan bersih…melipat koran ditangannya lalu meletakannya diatas meja.

“Bagaimana penampilaku? Apa aku terlihat bagus?”

Lelaki rupawan itu melangkah mendekat setelah meninggalkan sofa…menelusuri dari ujung kepala hingga ujung kaki sosok lelaki cantik dihadapannya kini. Sosok yang tak lebih tinggi darinya, mungkin tingginya hanya sekitar sebahu atau seleher Chanyeol…mengenakan kaus hitam polos dilapisi blazer putih polos dengan sedikit aksen rantai dan kancing besi, celana jeans putih gading dan sepatu sneakers merah. Style yang bagus…namun yang membuat sosoknya makin sempurna adalah paras cantiknya yang…bahkan bersinar terang melebihi bintang. Kedua matanya berpendar indah disapu lukisan garis eyeliner, bibir pinknya berkilau seperti permen serta kulitnya yang putih bersih tanpa noda…cantik, cantik sekali.

“Memangnya…kau mau pergi kemana sepagi ini, Baekhyun?”

Baekhyun tersenyum sebagai awal jawabannya atas pertanyaan Chanyeol…ia mengarahkan tatapan lembutnya tepat kearah mata Chanyeol yang menatapnya penuh tanya.

“Aku…sebentar lagi aku akan pergi ketempat Tuhan…tentu saja aku harus berpenampilan pantas.”

Bagaimana…bagaimana mungkin ia mampu mengatakan semua itu dengan begitu ringan?
Tak sadarkah ia, jika seuntai kalimat yang baru saja diucapkannya…telah membuat senyum diparas rupawan itu luntur seketika…?

Bahkan mungkin sebenarnya, sesuatu yang rapuh itu…tidak serapuh kelihatannya.

“Be-begitukah? Aku mengerti…tunggu sebentar, aku siap-siap dulu.”

“Hm! Jangan lama-lama, ne?!”

Chanyeol tersenyum samar seraya mengusap pelan puncak kepala Baekhyun yang ditumbuhi surai hitam legam sehalus sutra. Menarik nafas sejenak sebelum melangkah menapaki anak tangga menuju kamar mereka dilantai dua.

Sesuatu telah bersarang dihati ini…sesuatu yang terkadang muncul dan menghilang, membuat sesak rasanya.

.
.
.

Hati ini selalu mengajukan satu pertanyaan yang sama…
Bagaimana kau bisa tetap tersenyum…disaat waktu tak lagi bersahabat?
Dan kau selalu menjawabnya dengan jawaban yang berbeda setiap detiknya.
Dengan senyummu kau berkata bahwa kau baik-baik saja…
Dengan tatapan lembutmu kau berkata bahwa kau tidak apa-apa…
Dengan tawamu kau berkata bahwa kau…bahwa kau bahagia.

Maafkan aku…
Aku tidak bisa seperti itu!
Maafkan aku…
Aku tidak bisa kuat untukmu!

Aku siap…tapi aku tidak sanggup.
Maaf…maaf.

Kini Baekhyun tak lagi menjalani rawat jalan, ia tak lagi mengkonsumsi obat-obatan atau mendatangi dokter bila terjadi sesuatu. Kini ia hidup layaknya orang sehat pada umumnya, menjalani rutinitas normal seperti yang biasa ia lakukan sebelum dokter memvonisnya mengidap kanker otak stadium akhir.

Baekhyun bisa pergi kapan pun, detik ini, menit ini, hari ini atau esok hari…dan semua itu adalah hal yang selama ini Chanyeol berusaha untuk lupakan.

“Aku tidak bermaksud untuk menyerah, Chanyeol…aku juga bukannya lelah untuk berusaha…aku hanya tak ingin menghabiskan sisa hidupku untuk sesuatu yang sia-sia…aku masih memilikimu yang sangat mencintaiku…aku hanya ingin bahagia sampai akhir bersamamu…”

Ya, tentu saja…Chanyeol akan tetap, terus, selalu dan untuk selamanya mencintai Baekhyun.

Mereka terus membawa diri, dalam kesunyian ditengah keramaian kota Seoul…hanya Baekhyun yang mengeluarkan suara sesekali waktu, mengungkapkan betapa senang hatinya hari ini karena cuaca cerah dan dapat menghabiskan waktu bersama sang kekasih, Chanyeol.

Tentu saja Baekhyun tak dapat mendengar jeritan hati sang kekasih…yang berkali-kali mengucap kata maaf beserta kata cinta untuknya seorang. Kata maaf karena tak dapat mengucapkan kata cinta secara langsung…dan kata cinta karena Chanyeol mencintainya setulus dan sepenuh hati.

“Ah! Gereja! Kita sudah sampai!”

Baekhyun secara reflex melepas tautan tangan mereka dan berlari kecil mendahuli Chanyeol menuju gereja. Hanya sebuah gereja kecil di daerah yang cukup terpencil, sepi namun terasa damai dan sunyi. Chanyeol masuk mengikuti Baekhyun yang kini tengah berada didepan altar seraya menengadah menatap lukisan panorama langit pada pemukaan langit-langit gereja.

“Indah sekali bukan?”

“Hm…ya, indah sekali…”

Bahkan dalam keadaan rapuh sekali pun…Baekhyun tentu saja berjuta kali lebih indah.

“Chanyeol…kau harus keluar.”

“Apa? Ke-kenapa?”

“Aku mau berdoa…kau harus keluar!”

“Lalu? Apa hubungannya denganku…kau berdoa ya berdoa saja!”

Baekhyun berhenti mendorong tubuh Chanyeol dan bertolak pinggang…lelaki cantik itu menghela nafas berat menunjukan rasa kesalnya seraya menatap tajam sang kekasih.

“Orang bilang, kita harus bersuara keras saat berdoa…agar Tuhan mendengar doa kita.”

“Lalu?”

“Aku malu kalau sampai terdengar oleh orang lain…karena itu kau kusuruh keluar! Cepat keluar!”

“He-hei!!”

‘Blam!’

“Yah! Byun Baekhyun!”

Pintu gereja tertutup tepat didepan hidung Chanyeol, kini ia berada diluar meninggalkan Baekhyun sendirian didalam. Lelaki tampan ini menggembungkan sebelah pipinya kesal, sejak kapan Baekhyun main sembunyi-sembunyi seperti ini?

Muncul ide jahil dikepala Chanyeol yang memang telah terbiasa memikirkan hal-hal usil…terutama untuk mengusili Baekhyun tentunya. Dengan terkekeh kecil lelaki tampan itu membuka pintu gereja pelan-pelan, sangat pelan agar Baekhyun tak sampai menyadarinya.

Sosok Baekhyun pun terlihat oleh Chanyeol…ia masih berdiri menghadap altar membelakangi pintu, jelas ia tak menyadari apapun. Chanyeol terkekeh puas sambil mempersiapkan telinga untuk menguping doa Baekhyun.

“Tuhan…”

Chanyeol menutup mulutnya menahan tawa…terpikir hal-hal konyol yang dapat ia gunakan untuk menggoda Baekhyun setelah kekasihnya itu selesai berdoa.

“Aku mencintai Chanyeol…karena itu aku mohon kepada-Mu…jangan biarkan ia bersedih terlalu lama setelah aku pergi nanti.”

Lonceng jam gereja berdentang cukup keras…memperdengarkan suara merdu yang meskipun tak lebih merdu dari suara Baekhyun, namun mampu menghantam hati ini dengan begitu kerasnya.

Kepiluan ini membuat bibir kelu memudarkan senyum…

“Tak ada siapa pun lagi yang kumiliki selain dia, Chanyeol yang sangat kucintai…setelah aku pergi kesisi-Mu nanti, Tuhan…mohon lindungi dia dan kuatkanlah hatinya, jangan kurangi kebahagiaannya sedikit pun dan jangan Kau rengut senyumannya…”

Tidak…tidak…
Jangan katakan itu lagi, jangan berdoa lagi, jangan mengucapkan sepatah kata pun lagi!!
Jangan buat mata ini meneteskan air sucinya, jangan buat dada ini terasa sesak, jangan kau buat nafas ini semakin surut…!

Aku juga mencintaimu, Baekhyun…aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu, sungguh sangat mencintaimu!
Kau dengar…aku mencintaimu…aku mencintaimu…aku mencintaimu…sungguh~

Penyesalan dan rasa sesak semakin berkumpul dihati Chanyeol, hanya Baekhyun yang dapat membuat hatinya pilu seperti ini, hanya Baekhyun yang mampu membuat perasaannya hancur berkeping-keping seperti ini…dan hanya Baekhyun yang mampu membuatnya menahan tangis dan jeritan hati sekuat ini.

Chanyeol menutup mulut dengan telapak tangan kanannya kuat-kuat…pandangan matanya semakin buram, sosok Baekhyun didepan altar sana tak lagi nampak jelas.

“Ukh~”

Lelaki tampan itu menggigit lidahnya sendiri didalam mulut, berharap sedikit rasa sakit dapat meredam dan menahan mulutnya agar tidak menjerit.

“Terima kasih Tuhan…hidupku memang singkat, namun itu setimpal dengan banyaknya kebahagiaan yang Kau berikan, aku bahagia, Tuhan…sangat bahagia hingga rasanya hati ini tak mampu menampung semua kebahagiaan itu…dan terima kasih…telah menghadirkan Chanyeol dalam hidupku.”

Kalau seperti ini…bagaimana mungkin aku dapat membiarkanmu pergi?
Kalau seperti ini…bagaimana mungkin aku siap menghadapi kesendirian yang sebentar lagi akan menghampiriku?
Kalau seperti ini bagaimana aku sanggup…hidup tanpa dirimu?
Jika kau pergi, aku tak kan bisa lagi tersenyum.
Jika kau pergi, aku tak kan mampu lagi tertawa.
Jika kau pergi, langit akan selamanya kelabu dimataku.
Jika kau pergi, setiap hari, setiap detik, setiap hembusan nafas ini…akan terasa hampa…

Kau…adalah hidupku.
Baekhyun…

Baekhyun tersenyum setelah mulutnya berhenti menguntai kata, menatap altar yang begitu megah dihadapannya…cahaya matahari menembus kaca ukir penuh warna didinding besar gereja, indah sekali…akankah ada keindahan seperti ini yang ia temukan…jika kelak telah bertemu dengan Tuhan?

Ia berbalik dan melangkah menuju pintu gereja yang tertutup, suasana begitu sunyi hingga Baekhyun dapat mendengar suara langkah kakinya sendiri. Derit engsel pintu terdengar mengusik bersamaan dengan sinar mentari yang menerobos menusuk mata ketika pintu ia buka sepenuhnya.

“Chanyeol?”

Kedua alisnya terangkat bingung menatap kekosongan didepannya, tak dapat ia temukan sosok Chanyeol dimana pun.

“Chanyeol…kau dimana?”

Baekhyun berjalan beberapa langkah, menoleh kesegala arah berharap menemukan sosok lelaki yang amat dicintainya namun…nihil, sosok Chanyeol tak tampak dimana pun.

“Awas kau Park Chanyeol…pergi tidak bilang-bi…~”

Mulut mungil Baekhyun bungkam seketika saat tiga tangkai bunga matahari muncul tepat dihadapannya. Sedikit merasa kaget memang, namun Baekhyun lebih merasa bingung…apa yang terjadi?

“Kau suka?”

Kebingungan Baekhyun sirna seketika saat sosok Chanyeol yang tersenyum riang muncul dibalik tiga tangkai bunga matahari tersebut.

Baekhyun menahan keinginannya untuk tertawa, perutnya terasa geli mengingat sejak dulu kekasihnya ini bukanlah orang yang romantis…Chanyeol jarang bersikap manis dan romantis atau bahkan tidak pernah. Lelaki tampan itu selalu membuat Baekhyun bagaikan manusia paling bahagia didunia dengan caranya sendiri.

“Ini imitasi? Bunga ini plastik.”

Chanyeol mengusap tengkuknya kikuk seraya tersenyum masam…Baekhyun sedikit mem-pout kan bibir menatapnya dengan tiga tangkai bunga matahari plastik yang kini berada ditangannya.

Bunga matahari…bunga kesukaan Baekhyun, meski hanya imitasi.

“Maaf…hanya itu yang dapat kutemukan…”

“Kau membelinya di toko bunga? Wanginya cukup harum…”

“Tidak, aku membelinya di toko perabotan rumah tangga.”

Sejenak lelaki cantik membulatkan kedua matanya tidak percaya, satu kebiasaan lama Baekhyun yang tampak begitu menggemaskan dimata Chanyeol…lalu sedetik berikutnya, senyum terlukis dibibir mungilnya…senyum yang berangsur-angsur berubah menjadi gelak tawa.

Kau seperti matahari…perpijar terang dan terasa hangat.
Dengan senyum tulus dan tawamu yang lugu itu, bagaimana mungkin aku dapat berpaling?
Kau sangat cocok bersanding dengan bunga matahari…
Bagiku kau bahkan lebih terang dan bersinar daripada matahari.
Kau adalah…matahari dalam hidupku.

“Terima kasih…aku menyukainya…”

Chanyeol tidak percaya jika sebentar lagi ia akan kehilangan senyum itu, sebentar lagi ia tak kan bisa mendengar suara tawanya yang merdu menggetarkan hati…tidak, Chanyeol tidak dapat percaya sama sekali. Semua ini bagaikan mimpi, semua ini tidak nyata…ia dan Baekhyun…akan selalu bersama.

“Kenapa?”

Baekhyun berhenti menghirup aroma bunga plastiknya yang harum itu, saat menyadari jika sang kekasih tengah menatapnya sendu…ia tahu, ia paham apa arti tatapan sendu itu…sangat mengerti hingga hati ini pilu rasanya. Namun Baekhyun bukanlah orang yang bersedia menerima kesedihan sebagai teman, ia tak ingin merusak kebersamannya dengan seseorang yang paling ia cintai…meski hanya dengan setetes air mata.

Ia harus tersenyum meski sulit…
Baekhyun harus menyampaikannya pada Chanyeol lewat senyum ini…bahwa ia bahagia, ia bahagia bersama Chanyeol dalam keadaan seperti apapun.

“Chan…yeol?”

Lelaki tampan itu masih bertahan dalam diam, mulutnya tak sedikit pun menunjukkan celah tempat keluarnya suara. Ia hanya menatap lekat mata Baekhyun…mata Baekhyun sangat indah, bola matanya hitam kecoklatan, garis kelopaknya melintang dengan bentuk yang bagus…cantik sekali.

Dan sebentar lagi…mata indah itu, akan terpejam untuk selamanya.
Akankah itu benar terjadi, Baekhyun?

Chanyeol akhirnya menggerakan sebelah tangan untuk meraih satu tangan Baekhyun, tangan Baekhyun yang kecil dan kurus…lebih kecil dari tangan Chanyeol sendiri, meremasnya lembut berusaha berbagi kehangatan dan perasaan hati walau hanya sedikit.

“Walau waktu tak lagi mengalir, walau langit tak lagi berganti warna…dan walau semuanya berubah. Kau harus tau, Baekhyun…perasaan ini, perasaan yang hanya untukku mu ini tak kan berubah. Aku tak bisa, tak ingin dan tak akan berhenti mencintaimu. Sungguh…aku mencintaimu.”

Jemari kokoh Chanyeol bergerak lembut memanjakan pipi mungil Baekhyun, pipi yang kini terlihat sedikit tirus dan pucat. Bergerak lembut disana sambil sesekali mengusap pelan menghasilkan percikan api kecil yang menciptakan getar-getar halus dihati Baekhyun. Ia sangat menyukai sentuhan Chanyeol…itu membuatnya nyaman, sangat.

Sepasang jiwa yang saling mencintai itu bertatapan dalam diam…berusaha saling memahami dalam kebisuan, membiarkan sorot mata berbicara mengungkapkan perasaan masing-masing.

Detik membawa senyum Baekhyun merekah…senyum yang amat Chanyeol cintai.

“Ya…aku tahu Chanyeol…perasaanku pun…sama sepertimu.”

Kembali kedua matanya terasa panas seperti terbakar. Menatap mata teduh Baekhyun yang merefleksikan bayangan dirinya sendiri disana…lihat lah sosok dirinya dimata Baekhyun. Bagaimana mungkin ia bisa serapuh ini dihadapan Baekhyun, bagaimana mungkin ia membiarkan kesedihan hadir diantara dirinya dan Baekhyun.

Tapi sungguh…ia tak mampu tersenyum, Chanyeol tak mampu tertawa…semua itu sulit ia lakukan. Sangat sulit. Sebentar lagi semuanya akan sirna, sebentar lagi semua akan musnah…

Ia hanya manusia lemah yang tunduk dibawah garis takdir…

“Aku mencintaimu…”

Lewat dua patah kata tersebutlah Chanyeol membawa Baekhyun dalam satu ciuman manis dibibir…berbagi kisah-kasih dan kehangatan yang tak dapat tersampaikan oleh kata semata.

Aku memang mencintaimu…
Tapi perasaanku…jauh lebih dalam daripada itu.

Kau tidak harus tahu, sayangku…
Kau hanya perlu memahaminya.

.
.
.

“Apa bunganya masih harum?”

“Hmm…tidak terlalu.”

Baekhyun mendorong tubuhnya sedikit mundur untuk lebih merapat pada Chanyeol yang duduk bersandar pada sebuah batang pohon besar. Kini mereka duduk berdua dibawah pohon dekat danau, rumput menjadi alas duduk mereka sementara rimbunnya ranting yang terjalin rapat bersama dedaunan hijau menjadi tempat mereka berteduh.

Tak jelas apa nama tempat ini, Chanyeol dan Baekhyun memang sering singgah kemari untuk sekedar piknik atau menghabiskan waktu berdua.

“Lain kali kau harus memberiku bunga asli…”

“Tentu.”

“Berikan yang banyak ya?”

“Iya aku tahu.”

“Letakan dengan rapi dimakamku nanti agar terlihat cantik.”

Tak ada sahutan…
Chanyeol kembali diam berjuta kata.
Sesuatu kembali meresapi hati ini, seolah menjerat jantungnya dengan perasaan aneh yang kemudian mengganjal dan membuat nafas sesak. Ingin sekali rasanya ia memukuli dadanya sendiri guna mengusir perasaan aneh itu…namun ia tak mungkin melakukannya dihadapan Baekhyun.

Sulit rasanya bersikap tegar…namun lebih sulit lagi berpura-pura untuk tegar, terutama dihadapan orang yang kita cintai. Karena kita bukan hanya berpura-pura…namun juga berbohong, berbohong pada diri sendiri juga orang yang kita cintai.

Hal itulah yang saat ini sedang Chanyeol lakukan…
Rasanya sungguh menyesakkan.

“Chanyeol…”

“Hm?”

Baekhyun diam sejenak seraya merebahkan kepalanya dibahu Chanyeol…sedikit bergerak kecil sampai akhirnya terdiam dalam posisi yang nyaman, lelaki cantik itu dapat merasakan hembusan nafas hangat tiap kali Chanyeol menggerakan kepalanya.

“Aku minta maaf…”

“Hm? Untuk apa?”

Sedikit gerakan kecil dan lemah Chanyeol rasakan, ternyata itu adalah tangan Baekhyun yang bergerak, menggenggam lengannya…menyelipkan jemari lentik dan mungilnya diantara jemari kokoh Chanyeol dan meremasnya lembut. Terasa sedikit dingin…tangan Baekhyun.

“Hari ini aku telah membuatmu memaksakan diri…maafkan aku.”

Baekhyun tahu…Baekhyun mengetahui kelemahannya, kerapuhannya dan kepura-puraannya…membuat Chanyeol memaki diri sendiri dalam benaknya. Ia payah!

“Chanyeol aku…”

“Aku akan melakukan apapun untukmu, Baekhyun. Sekali pun harus memaksakan diri dan melampaui batas kemampuanku…aku akan menyanggupinya.”

Sergahan Chanyeol membuat Baekhyun terdiam, sejenak ia merasa tertegun…lalu senyum lembut merekah dibibirnya mengingat perasaan Chanyeol yang begitu besar dan mendalam untukknya. Lelaki cantik itu menggenggam tangan Chanyeol semakin erat, seakan tangan mereka bersatu dan tak terpisahkan, melekat satu sama lain…hingga terasa panas.

“Ya…aku tahu Chanyeol, t-terima…kasih…”

Suara Baekhyun terdengar gamang dan lemah…membuat Chanyeol sadar bahwa bukan hanya dirinya yang memaksakan diri, bukan hanya dirinya yang berjuang melawan keadaan.

Dadanya terasa semakin sesak…ingin rasanya menjerit, meraung dan berteriak…menumpahkan air mata ini sepuasnya, sekuat ia mampu. Menunjukkan kelemahannya pada dunia, menyerah terhadap segala sesuatunya.

“Baekhyun…”

“Ya?”

“Maukah kau melantunkan sebuah lagu untukku?”

“Hm?”

“Bernyanyilah…dan jangan berhenti sebelum aku memintanya.”

Baekhyun terkekeh pelan sebentar sebelum akhirnya ia mengangguk tanda menyanggupi permintaan sang kekasih. Sempat mereka saling bertemu pandang…dalam senyum tulus yang Chanyeol lukiskan dengan segenap kekuatannya.

Hadiah terakhir darinya…untuk Baekhyun.

Terdengar suara merdu Baekhyun yang mulai menjalin kata dalam sebuah alunan melodi indah…dengan syair yang baru pertama kali Chanyeol dengar, ia tak tahu lagu apa itu…namun karena Baekhyun yang menyanyikannya…itu sangat indah.

I’m walking slowly in the surface of grassily land.
Looking for Rainbow Bridge which will bring me to the sky.
Suddenly, I hear your voice and I feel my heart beat faster.
I look around and saw you in the far away…
Seeing your face make me smile…you look so awesome, my dear~
But I can’t stay for more long time, I’m gonna go to my new place…
Sorry because I’cant takes you with me…sorry…
I’m so sorry and I love…I love…y-you…~

Dan lagu pun berhenti…berhenti bersamaan dengan melemasnya genggaman tangan Baekhyun terhadap tangan Chanyeol.

“Baekhyun…mengapa berhenti? Lanjutkanlah…ayo bernyanyi lagi…”

Tak ada sahutan, jawaban atau pun suara yang terdengar…lagu benar-benar terhenti, Baekhyun tak lagi bernyanyi.

“Baekhyun…aku belum memintamu berhenti! Bernyanyilah kembali!”

Tubuh mungil itu lemas, terkulai begitu saja meski berkali-kali Chanyeol mengguncangkannya dengan lembut, mata itu telah tertutup rapat…meski Chanyeol terus berteriak memanggil nama sang pemilik. Mata itu…mata sang kekasih yang amat ia cintai, tak kan lagi terbuka…bola mata indah itu tak kan lagi dapat ia lihat.

“Baekhyun! Ya, Byun Baekhyun! Kau belum menyelesaikan lagunya! Jangan berhenti! Jangan berhenti bernyanyi…aku mohon~ bernyanyilah lagi…Baekhyun…Baekhyun…~”

Kini tak ada lagi orang lain ditempat ini selain seorang Park Chanyeol…Park Chanyeol yang sendirian, menangis dan memeluk erat tubuh tanpa nyawa dalam dekapannya.

Tubuh Baekhyun semakin dingin…seiring dengan semakin kerasnya isak tangis yang lolos dari mulut Chanyeol.

“Baekhyun…Baekhyun-ku…~”

Lelaki yang tinggal seorang diri itu kini hanya dapat menangis…melepas rasa lega sekaligus menerima kepedihan akan kenyataan pahit ini. Sekuat apapun ia memeluk, tubuh Baekhyun tak kunjung menghangat namun semakin terasa dingin…sekeras apapun ia menangis dan berteriak memanggil nama sang kekasih, kedua mata indah itu tak kan pernah lagi terbuka…

Berapa kali pun ia meminta dan memohon…lagu itu tak kan pernah ia dengar lagi, lagu yang bahkan belum ia dengar sampai selesai. Angin berhembus kencang namun lembut, seolah mengajak Baekhyun pergi dan meninggalkan Chanyeol seorang diri…membawa serta senyum, tawa dan kebahagiaannya.

Baekhyun telah pergi…
Tuhan telah menjemput satu malaikat tersayang- Nya untuk kembali kesurga.

Bukanlah ucapan selamat tidur dariku untuk mengantarmu…
Namun adalah ucapan selamat tinggal dariku untuk mengantar tidurmu…tidur panjangmu yang tak kan kan pernah berakhir.
Meski pun kau tak dapat mendengarnya…akan terus kuucapkan kata cinta…hanya untukkmu, sayangku.

~THE END~