Tittle: We are Same
Author: @chocoberRIA
Genre: Yaoi, Romance, Angst gagal
Pairing: KaiDO / KaiSoo / JongSoo
Length: Oneshoot
Disclaimer:
D.O milik Kai, Kai milik D.O. Ide cerita dan Kai milik saya.
Warning: Yaoi, BL, OOC, Typo(s), Abal, Cerita pasaran, FULL D.O POV
Summary:
Kau
mencintainya, tapi dia mencintai orang lain. Sama sepertiku. Aku
mencintai orang yang mencintai orang lain. Tapi aku jauh lebih sakit,
karena orang itu selalu mengatakan perasaannya padaku. Aku seakan
menikmati kesakitanku. Orang itu kau, Kim Jong In. —Do Kyungsoo
###
Lagi-lagi
dia memperhatikan mereka. Memperhatikan dua orang yang kini sedang
duduk berhadapan dengan dua bubble tea di hadapan mereka. Memperhatikan
mereka dengan pandangan terluka. Aku hanya bisa menghela napas
melihatnya seperti itu. Walaupun aku tahu hal itu percuma, karena rasa
sesak masih menguasai dadaku.
”Kyungsoo-ah, kapan kau mau
membuat makan siang?” Tepukan tiba-tiba di pundakku membuatku terlonjak
kaget. Ternyata Baekhyun Hyung.
”Sebentar lagi, Hyung. Memangnya kenapa? Tumben sekali kau bertanya.”
”Ani..
Aku hanya ingin membantumu,” Baekhyun Hyung terlihat seperti malu-malu.
Ah, aku tahu pasti ada maksud di balik sikapnya sekarang. Baekhyun
Hyung terlalu mudah ditebak.
”Kalau begitu, kajja! Kau
pasti tidak mau Chanyeol Hyung kelaparan, bukan?” Aku menyeringai dan
kulihat ekspresinya jadi terkejut. Aku benar, kan?
”Ya! Bagaimana kau bisa tahu, Do Kyungsoo!?”
”Menebak
pikiranmu itu sangat mudah, Hyung,” Kupakai apron-ku, dan menyerahkan
apron lain kepada Baekhyun Hyung. Aigo, hyung-ku yang satu ini memang
imutnya tidak terbatas. Dia sangat lucu saat memakai apron!
”Benarkah?
Padahal Chanyeol saja sulit menebakku,” Ia memanyunkan bibirnya. Aku
hanya tersenyum. Kuulurkan beberapa wortel padanya, dengan isyarat agar
dia mencucinya.
Kesalahan tidak terletak pada Chanyeol
Hyung yang tidak bisa menebak pikiran Baekhyun Hyung, juga bukan pada
Baekhyun Hyung yang terlihat sulit ditebak—walaupun itu tidak berlaku
bagiku. Salahkan saja mataku yang bisa dengan mudah membaca pikiran
orang lain dari gerak-geriknya. Bukan, aku bukan seorang cenayang dan
sejenisnya. Aku hanya manusia biasa, seperti kalian. Tapi mungkin aku
lebih peka, jadi bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain juga.
Ini
menyenangkan? Mungkin menyenangkan untuk kalian yang menginginkannya,
tapi tidak untukku. Hal ini membuatku tersiksa. Karena hal inilah aku
bisa melihat isi hati namja berkulit agak gelap itu dari tingkah
lakunya. Isi hati yang membuatku sangat terluka. Kalau boleh memilih,
aku akan memilih tidak memiliki kepekaan ini, agar aku tak terluka saat
melihatnya terluka. Seperti saat ini.
Kulirik namja itu
dari dapur. Ia memang sedang bermain game, tapi sesekali ia melirik ke
dua orang yang masih betah mengobrol di meja makan, walaupun bubble tea
mereka sudah habis. Tatapannya itu seolah berkata ”Cepatlah pergi dari
situ dan tinggalkan dia sendirian, Oh Sehun”. Lucu sekali dia. Tanpa
sadar aku mengulum senyum.
”Kkamjong-ah! Kemarilah!”
Aku memutar kepala ke arah Baekhyun Hyung yang dengan ceria memanggil namja itu. Astaga, apa-apaan dia!?
”Sepertinya
Kyungsoo-ah merindukanmu, bantu kami memasak!” Mataku membulat sempurna
saat menyadari sosok itu sudah berada di dekat kami. Mau apa dia?
Aigo,
seharusnya aku melarangnya ke sini saat ini. Jantungku berdebar sangat
kencang, sampai takut namja itu mendengarnya. Saat tangan panjang itu
terjulur ingin mengambil mentimun dari tanganku, seketika kutepuk keras
tangan itu.
”Aw! Appo, Hyung! Apa yang kaulakukan!?” Kai
menjerit sambil mengusap tangannya yang kupukul tadi. Astaga, saking
terkejutnya aku, tak sadar kalau aku melukainya.
”Mianhae,
Jongie-ah. Tapi sebaiknya kau pergi dari sini, jangan menggangguku,”
ucapku sambil mengupas mentimun yang hampir disambar Kai tadi.
”Aku
tidak mengganggu, aku hanya ingin membantu. Apa itu tidak boleh?” Oh,
berhentilah memasang wajah supermelas itu, Kim Jong In, atau aku akan
mengiris tanganku sendiri nanti.
”Masuklah ke kamar. Aku
akan memanggilmu kalau makanan sudah siap. Jangan memperhatikan mereka
terus-terusan. Aku tidak suka melihat wajahmu yang seolah-olah ingin
membunuh Sehun-ah. Tidur dan dinginkan kepalamu,” Aku dapat merasakan
tatapan melotot dari Kai, tapi aku tidak peduli. Aku tahu dia pasti
bingung kenapa aku tahu isi hatinya. Sudah kubilang, salahkan saja
mataku dan perasaanku yang sangat peka ini.
”Bagaimana kau...”
Kutatap
mata sayunya itu. ”Kita bicarakan nanti malam saja, Jongie-ah. Aku
sedang sibuk sekarang. Tidurlah.” Tak lama setelah aku kembali fokus
pada masakanku, kudengar pintu kamarku tertutup setengah dibanting.
***
”Kau
berhutang penjelasan padaku, Hyung” Suara berat Kai langsung
menyambutku yang baru saja masuk kamar. Aku baru membereskan dapur dan
meja makan setelah makan malam tadi.
”Kurasa kau dulu yang
harus memberiku penjelasan,” sahutku sambil menarik piama dari tumpukan
baju-bajuku. Dapat kurasakan kalau Kai masih menatapku tidak mengerti.
”Tunggu sebentar, aku mau ganti baju dulu,” Aku melangkah keluar kamar,
menuju kamar mandi di sebelah dapur. Tidak mungkin aku berganti baju di
dalam kamar saat ada Kai, bukan? Oh, mungkin tidak masalah kalau aku
tidak memiliki perasaan khusus padanya. Tapi kenyataannya tidak seperti
itu.
”Sekarang katakan padaku, apa yang harus kujelaskan padamu,” ucap Kai saat aku duduk di tepi ranjangku. Aku menatap ke arahnya.
”Tentang
perasaanmu pada Luhan Hyung,” jawabku tenang. Lebih tepatnya
berpura-pura tenang. Kau tahu, jantungku berdetak kencang, kurasa aku
tidak siap mendengar jawaban Kai, walaupun sebenarnya aku sudah
mengetahuinya.
Kai menatapku tidak percaya. ”Kau tahu
kalau aku memiliki perasaan pada Luhan Hyung?” Ia berpindah dari
tempatnya semula—ranjangnya—ke sebelahku. Aigo, semoga dia tidak
mendengar degup jantungku..
”Aku benar?” Aku menyunggingkan senyum tipis, bersikap seolah aku tidak tahu apa-apa.
Kudengar
Kai menghela napas panjang. ”Akhirnya ada juga yang mengetahui kalau
aku menyukai Luhan Hyung..” Aku menoleh ke arahnya. Ia mendongakkan
kepalanya, pandangannya lurus kepada langit-langit kamar. Tapi aku tahu
ia tidak memperhatikan objek itu, ia tidak memandang apa-apa. Hanya
menerawang.
”Lalu? Kau mau semua orang tahu kalau kau menyukai Luhan Hyung? Aku bisa saja menyebarkan berita ini, Jongie-ah..” Aku terkekeh.
Dengan cepat Kai menoleh ke arahku dan menatapku tajam. ”Jangan sekali-sekali, Hyung,” desisnya tajam.
Giliranku menghela napas panjang. ”Waeyo? Bukankah bagus kalau Luhan Hyung tahu kalau kau menyukainya?”
”Tapi aku tidak mau dia tahu.”
Aku mengangkat sebelah alisku. ”Waeyo, Jongie-ah?”
Kembali
pandangannya menerawang. ”Itu hanya akan menambah sakit hatiku, Hyung..
Apa kalau ia tahu perasaanku dia akan meninggalkan Sehun dan menjadi
milikku?” Ia menyunggingkan senyum miring. Aku tahu itu berarti senyuman
terluka.
”Apa kau merasa baik jika terus memendamnya?
Mengatakan atau tidak, kau tetap terluka, Jongie-ah,” Tanganku terjulur
mengambil jam beker di atas nakas dan mengatur alarm-nya. Besok kami
akan berangkat syuting pagi-pagi, tidak boleh bangun terlambat.
”Kau benar, Hyung. Tapi aku tidak bisa mengatakannya. Aku...”
”Takut kalau dia menjauhimu kalau kau mengatakannya?” potongku cepat. Lagi-lagi Kai menatapku tidak percaya.
”Hyung...”
”Hm?”
”Kau bisa membaca pikiranku. Itu menyeramkan.”
Aku hanya tertawa mendengar kata-katanya.
***
”Kyungsoo
Hyung, kemarilah!” Aku yang sedang mengobrol bersama Chanyeol Hyung
menoleh ke arah Kai yang melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Ada apa
dengannya? Setelah berpamitan pada Chanyeol Hyung, aku menghampiri Kai.
”Ada
apa?” Bukannya menjawab pertanyaanku, Kai malah menarik tanganku menuju
bangku di bawah pohon. Astaga, lagi-lagi jantungku berulah.
”Temani
aku makan di sini,” perintahnya. Aku tidak heran dengan sikapnya yang
suka memerintah seenaknya itu. Aku sudah terbiasa. Aku pun duduk di
sebelahnya.
Ah, ya, kami sedang melakukan syuting untuk
drama terbaru sunbae kami, Choi Minho SHINee. Itulah alasan kenapa Luhan
Hyung ada di Korea saat ini. Bersama Kris Hyung dan Lay Hyung, dia
mendapat peran sebagai teman-teman sekolah Minho Sunbae seperti kami,
EXO K. Saat mendengar kabar kalau mereka akan ke Korea, yang kupikirkan
pertama kali adalah Kai. Apa ia akan senang dengan kedatangan Luhan
Hyung? Atau malah bersedih karena akan lebih sering melihat HunHan
moment?
Bahkan aku seperti tidak memikirkan perasaanku sendiri.
Menyedihkan, bukan?
”Hyung, gwenchana?” Aku merasakan tangan Kai menyentuh bahuku. Aku pun menoleh ke arahnya.
”Waeyo?”
Kulihat dia memutar bola matanya. ”Kau benar-benar tidak mendengarkanku.”
Aku mengangkat kedua alisku heran. ”Memangnya apa yang kaukatakan?”
Kai mendecak. ”Aku mengatakan kalau mungkin aku akan mengikuti saranmu semalam.”
”Tentang?” Jantungku berdegup kencang. Bodoh. Aku menyadari apa yang dimaksud Kai setelah aku bertanya. Kau bodoh, Do Kyungsoo.
”Aku akan menyatakan perasaanku pada Luhan Hyung.”
Ya! Nikmati kegalauanmu, Do Kyungsoo!
***
Luhan
Hyung—serta Kris Hyung dan Lay Hyung—akan kembali ke China hari ini.
Kami—EXO K—akan mengantar mereka sampai bandara. Aku gelisah. Entah
kenapa perasaanku tidak enak. Apa yang akan terjadi nanti?
”Kyungsoo-ah, gwenchana?” Suara lembut Suho Hyung menyadarkanku. Aku hanya mengangguk perlahan.
”Apa kau bersedih karena harus berpisah denganku, Kyungsoo-ah?” Pertanyaan Lay Hyung membuatku tersenyum.
”Kurasa Suho Hyung-lah yang paling sedih, Hyung,” jawabku sambil menahan tawa. Dapat kulihat wajah Lay Hyung sedikit memerah.
”Jangan dengarkan kata-kata bocah ini, dia hanya bercanda,”
sahut Suho Hyung sambil menjitak kepalaku. Apa-apaan leader ini? Aish, sepertinya ia salah tingkah, hihi.
Perjalanan
ke bandara kuhabiskan dengan diam. Kai terlibat dalam percakapan seru
dengan Luhan Hyung dan Sehun. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak
dapat mendengar dengan jelas selain karena mereka bertiga duduk di
belakang sopir sedangkan aku di belakang sendiri, pasangan Baekhyun
Hyung dan Chanyeol Hyung sangat ribut di sebelahku. Kris Hyung, Suho
Hyung dan Lay Hyung duduk di barisan tengah. Ngomong-ngomong, tumben Kai
merasa betah berada di tengah-tengah Luhan Hyung dan Sehun. Apa ia
sedang merencanakan sesuatu?
”Kyungsoo-ah, di EXO, siapa
yang paling kausukai?” Pertanyaan dari Chanyeol Hyung membuatku
terkejut. Astaga, aku disadarkan dari dunia khayalku dengan pertanyaan
yang paling kuhindari. Dan lagi yang bertanya adalah rapper EXO K yang
terkenal dengan suaranya yang sangat manly.
”Kau mau aku
jujur atau bohong, Hyung?” tanyaku sambil tersenyum. Timbul niatku untuk
mengerjai si Happy Virus tersebut. Aku terlalu lelah dengan hal-hal
yang menyangkut perasaanku.
”Bohong,” jawab Baekhyun Hyung dengan cepat. Chanyeol Hyung tampak melotot ke arahnya. Aku menahan tawa.
”Jawablah dengan jujur, Kyungsoo-ah.. Kau masih kecil, tidak boleh berbohong,” ucap Chanyeol Hyung.
”Apa
yang akan kaulakukan kalau aku mengatakan Baekhyun Hyung?” jawabku
dengan pertanyaan. Aku masih menahan tawa. Astaga, ekspresi Chanyeol
Hyung membuat wajahku semakin memerah karena menahan tawa. Apa-apaan
wajah ingin membunuh yang konyol itu?
”AKU AKAN MELEMPARMU SEKARANG JUGA, DO KYUNGSOO!”
Tawaku
meledak. Begitu juga Baekhyun Hyung yang duduk di antara aku dan
Chanyeol Hyung. Kami berdua tertawa sangat keras, membuat penghuni kedua
jok di depan kami menoleh.
”Jangan lempar Kyungsoo Hyung!
Tidak akan ada yang memasak untuk kita nanti!” seru Sehun, yang
disetujui oleh semuanya. Apa-apaan mereka? Mereka melindungiku untuk
memperbudakku?
”Ah, kurasa kau benar, Sehun-ah. Baiklah, kau selamat kali ini, Kyungsoo-ah,” sahut Chanyeol Hyung. Dasar namja plin-plan.
Aku
melirik Kai. Oh, apa arti tatapannya itu? Kenapa dia menatapku seolah
ingin membunuhku? Apa yang terjadi padanya? Apa aku melakukan kesalahan?
Satu-satunya kesalahanku adalah berani mencintainya.
”KaiDO
eye contact! KaiDO eye contact!” seru Chanyeol Hyung tiba-tiba. Aku
buru-buru membuang muka ke arah jendela. Sial, wajahku pasti memerah
sekarang.
”Diamlah, Park Chanyeol. Kau sangat berisik,”
Suara dingin Kris Hyung berhasil menghentikan kehebohan Chanyeol Hyung.
Setengah menggerutu, akhirnya Chanyeol Hyung mengobrol dengan Baekhyun
Hyung lagi.
***
”Hyung, saranghaeyo..”
Deg.
Dadaku seperti terhimpit sesuatu. Sesak.
”Nado saranghae, Kkamjong-ah..”
Tolong, bangunkan aku dari mimpi buruk ini!
”Hyung, kau serius?”
Kupastikan ia sangat bahagia saat ini. Suaranya jelas-jelas menunjukkan kalau ia sangat puas.
”Ne. Aku mencintaimu, Kkamjong-ah, sebagai dongsaeng. Kau mencintaiku sebagai hyung, bukan?”
Kuberanikan
diri keluar dari persembunyianku, untuk mengintip mereka. Wajah yang
kuperkirakan cerah tadi sekarang terlihat mendung. Jangan memasang wajah
seperti itu, Jongie-ah. Itu sangat menyiksaku.
”Ta-tapi, Hyung...”
”Hyung!
Kau mau tertinggal pesawat!?” Tiba-tiba saja Sehun muncul di antara
mereka. Wajahnya terlihat penasaran dengan apa yang terjadi antara
namjachingu-nya itu dengan Kai. Tapi sepertinya ia tidak peduli. Sehun
menarik tangan Luhan Hyung menjauh.
Kai? Dia masih terpaku
di tempatnya. Memandang kosong tembok di hadapannya, mungkin
membayangkan kalau Luhan Hyung masih di sana. Kuberanikan diri mendekat
ke arahnya. Kutarik lehernya ke arahku dan memeluknya. Ia menundukkan
wajahnya di bahuku. Dapat kurasakan tubuhnya bergetar.
”Uljima, Jongie-ah..”
Ini
sangat menyedihkan. Entah kisah siapa yang menyedihkan. Kisah Kai atau
kisahku. Pada dasarnya kami sama. Bertepuk sebelah tangan.
***
”KIM JONG IN! KELUAR KAU!”
Aku
terlonjak mendengar teriakan Sehun. Bukan hanya berteriak, maknae itu
malah menggedor-gedor pintu kamarku dan Kai. Astaga, apa maunya
pagi-pagi begini membuat keributan? Dan lagi, ia memanggil Kai tanpa
embel-embel ”hyung” seperti biasanya? Apa yang terjadi pada maknae itu?
”Biar
aku yang buka, Hyung,” Suara Kai menghentikan niatku yang sudah
beberapa langkah dari pintu. Kai menyeret kakinya menuju pintu dan
membukanya.
Buag!
Tubuh Kai ambruk di hadapanku setelah... Sehun meninjunya!?
”Oh
Sehun! Apa yang kau lakukan!?” teriakku kalap. Aku menghampiri Kai,
meletakkan kepalanya di pahaku, berkali-kali menanyakan apakah ia
baik-baik saja.
”Apa yang terjadi di sini? Astaga, Kai,
apa yang terjadi padamu? Oh Sehun, kau pelakunya?” Rentetan pertanyaan
disampaikan Suho Hyung yang baru datang. Kulihat Chanyeol Hyung dan
Baekhyun juga menghampiri kamarku dan Kai.
”Aku hanya
memberi pelajaran pada orang tidak tahu diri itu, Hyung!
Berani-beraninya dia mencintai Luhan Hyung! Luhan-ku!” jawab Sehun. Dari
suaranya, jelas ia sedang marah. Dan yang membuatnya marah sungguh
sangat konyol. Kurasa Kai bangkit dari posisinya. Aku membuka mulut
untuk melarangnya, tapi ia menghadapkan telapak tangannya di wajahku.
”Gwenchana, Hyung,” ucapnya lemah, lalu menghampiri Sehun.
Sehun
menatap tajam ke arah Kai, terlihat sangat ingin menghabisi namja itu.
Begitu juga dengan Kai. Ia terlihat sangat menantang Sehun, seakan tidak
peduli dengan bibirnya yang berdarah di ujung. Aku tidak bisa melakukan
apa-apa. Begitu juga dengan para hyung. Kami hanya menatap keduanya
dengan pandangan tolong-jangan-lakukan.
Tapi ini salah.
Saat
tangan Sehun sudah mengepal kuat, secepat kilat aku berdiri, menarik
tangan Kai. Ternyata Suho Hyung melakukan hal yang sama pada Sehun.
Sekuat tenaga kami berdua menahan tubuh dua bungsu yang berusaha
berontak itu.
”Lepaskan aku, Hyung! Aku harus memberi
pelajaran padanya!” seru Sehun sambil meronta. Dibantu Chanyeol Hyung,
Suho Hyung menahan Sehun. Dan aku dibantu Baekhyun Hyung.
”Lepaskan
aku. Aku harus menebus kesalahanku. Biarkan dia menghajarku,” Berbeda
dengan Sehun yang marah-marah, Kai justru tenang.
”Kau
bodoh,” desisku tepat di telinganya. Aku menatap Sehun. ”Dia tidak
bersalah, Sehun-ah. Kalau mencintai Luhan Hyung yang sudah menjadi
milikmu adalah kesalahan dan mendapat pelajaran darimu, aku yakin tidak
akan ada yang mencintai Luhan Hyung kecuali kau.”
Sehun menatapku tidak percaya. ”Apa yang kau...”
”Kenapa
kau melakukan ini pada Jongie-ah? Seberapa bersalahnya dia padamu? Dia
hanya mencintai Luhan Hyung, Sehun-ah. Kalau aku menjadi Luhan Hyung dan
mengetahui apa yang kaulakukan pada Jongie-ah, aku pasti akan
memutuskanmu. Perbuatanmu sungguh kekanak-kanakan,” Bahuku naik-turun
setelah mengatakan hal itu. Kulihat Sehun hanya menatapku datar.
”Hyung, kau tidak perlu membelaku seperti itu,” Suara Kai memecah keheningan yang sempat tercipta. Aku menoleh padanya.
”Kuobati lukamu,” Aku menarik tangannya ke kamar, tidak peduli dengan tatapan-tatapan ingin tahu dari para hyung-ku.
”Sebenarnya
kau tidak perlu melakukan hal itu, Hyung. Seharusnya kau membiarkanku
dihajar Sehun,” ucap Kai setelah aku mengobati luka di ujung bibirnya.
Ia menunduk.
”Dan membiarkanmu babak belur begitu saja? Tidak akan, Jongie-ah.”
Kai
mengangkat kepalanya, menatapku yang di sebelahnya. ”Kenapa kau begitu
baik padaku, Hyung? Kenapa hanya kau yang mengerti aku?”
Kedua bahuku terangkat, dan aku tersenyum singkat. ”Molla. Karena aku menyayangimu, mungkin?”
Kai juga tersenyum sekilas. ”Apa kau mengerti perasaanku saat ini, Hyung?”
”Kau hancur?”
Anggukan
kepala merupakan jawabannya. ”Aku ditolak olehnya,” Ia mengangkat
kepalanya, menatap langit-langit kamar. ”Tentu saja, ia sudah memiliki
orang yang dicintainya sebagai namja, bukan dongsaeng. Seharusnya aku
siap dengan konsekuensi itu dan mulai melupakannya, tapi aku tidak bisa.
Aku masih terus memikirkannya sampai saat ini.”
Dan itu
menyakitkan untukku, Jongie-ah. Kenapa kau harus menceritakan ini
padaku? Apa karena hanya aku yang mengerti dirimu, eoh?
Kai menoleh ke arahku. ”Kau pernah merasakan yang kurasakan, Hyung?”
Aku mengangguk perlahan.
”Jinjja? Dengan siapa?”
Haruskah kukatakan? Haruskah kukatakan kalau orang itu adalah kau, Kim Jong In?
”Bagaimana kalau kujawab orang itu adalah...kau?” Tersenyum sekilas, yah, walau sedikit palsu.
Kai menatapku tidak percaya.
”Sudah
kuduga kau tidak akan percaya. Lupakan saja. Astaga, sudah jam segini
dan aku belum membuat sarapan! Aigo.. Benar-benar dua bungsu pengacau!”
Aku menggerutu untuk menutupi kegugupanku. Secepat kilat aku keluar dari
kamar dan menuju dapur. Sungguh, aku belum percaya kalau aku
benar-benar mengatakan hal itu tadi.
***
Semenjak
kejadian di pagi itu, hubungan Kai dan Sehun sedikit merenggang. Dulu
mereka akrab, karena hanya selisih beberapa bulan, tapi sekarang mereka
terlihat canggung satu sama lain. Kalau aku lihat, Kai terlihat sungkan
dengan Sehun sedangkan Sehun terlalu gengsi untuk meminta maaf.
Benar-benar kekanak-kanakan.
Sebenarnya, bukan hanya
hubungan Kai dan Sehun saja yang merenggang, tapi hubunganku dengan Kai
juga. Kai tidak pernah bercerita apa pun padaku lagi, aku juga tidak
memaksanya untuk bercerita. Aku selalu mengajaknya bicara, tapi dia
terkesan dingin padaku. Itu sangat menyiksaku, kau tahu?
Walaupun
Kai ditolak oleh Luhan Hyung, setidaknya mereka masih berkomunikasi.
Sedangkan aku dan Kai? Aku benar-benar berharap dia menganggap ucapanku
saat itu hanyalah gurauan. Apa dia membenciku? Lebih baik ia mengatakan
dengan lantang kalau ia membenciku daripada mendiamkanku seperti ini.
”Kyungsoo-ah, apa yang terjadi padamu? Kenapa suaramu sering terdengar fals?”
Aku
hanya tersenyum simpul mendengar pertanyaan Baekhyun Hyung. ”Aku hanya
sedang patah hati, Hyung..” jawabku sambil terkekeh. Baekhyun Hyung
memutar bola matanya, yang menurut Chanyeol Hyung sangat imut.
”Aku serius, Kyungsoo-ah.. Ceritakan saja padaku kalau kau ada masalah, ne? Jangan dipendam sendiri!”
Aku juga serius, Hyung. ”Ne, tentu saja,” Aku tersenyum.
”Ah,
iya, akhir-akhir ini Kkamjong-ah juga terlihat lesu,” Aku mengikuti
arah pandang Baekhyun Hyung. Memang benar, Kai terlihat lesu. Dan aku
tidak pernah tahu penyebabnya. Tidak mungkin karena kata-kataku, bukan?
Mungkin saja ia ada masalah dengan Luhan Hyung, atau karena frustasi
persahabatannya dengan Sehun merenggang. Molla.
”Kai dan
Sehun sudah berbaikan. Ia juga sepertinya mulai bersikap biasa pada
Luhan Hyung. Aku dan Chanyeol menebak-nebak apa yang membuatnya terlihat
menyedihkan seperti itu,” Penuturan Baekhyun Hyung membuatku terpana.
Kai dan Sehun sudah berbaikan? Bagaimana aku tidak tahu? Mengapa Kai
tidak memberitahuku?
Ah, iya. Kai sepertinya sudah melupakanku.
”Kurasa
kau ada hubungannya, Kyungsoo-ah,” Aku terkejut mendengar suara
Chanyeol Hyung yang tiba-tiba. Dan apa katanya tadi? Aku ada
hubungannya?
”Apa maksudmu, Hyung?”
”Ah, kau
benar, Yeollie-ah! Kai dan Kyungsoo jarang sekali bersama akhir-akhir
ini. Ada masalah apa antara kalian?” tanya Baekhyun Hyung. Apa yang
harus kukatakan? Haruskah aku jujur kepada mereka?
”Ya!
Waktu istirahat sudah habis, anak-anak. Kita latihan lagi!” Teriakan
pelatih membuatku bernapas lega. Setidaknya aku selamat saat ini.
***
”Kau
tidak tidur, Kyungsoo-ah? Ini sudah larut malam,” Suara Suho Hyung
membuatku mengalihkan perhatianku dari televisi. Aku tersenyum sekilas.
”Aku
belum mengantuk, Hyung,” jawabku lemah. Tidak sepenuhnya berbohong. Aku
memang belum mengantuk, tapi sebenarnya aku menghindari Kai. Sejak
selesai latihan tadi, dia terus memandangiku dengan tatapan aneh. Apa
maksudnya?
”Sebaiknya kau istirahat sekarang. Besok kita
ada pemotretan dan latihan, jangan sampai kau sakit,” Suho Hyung meraih
remote di meja dan mematikan televisi. Aku hanya menghela napas. Dia
memang leader yang perhatian, walau terkadang sedikit menyiksa.
”Arraseo, Hyung...” Aku melangkah lemas ke kamar. Dalam hati aku terus berdoa, semoga Kai sudah tidur.
”Aku
lelah menunggumu, Hyung..” Suara lemah Kai langsung menyambutku yang
baru saja menutup pintu. Tuhan, kenapa Kau tidak mengabulkan
permintaanku?
”Untuk apa menungguku?” Ya! Kenapa suaraku
terdengar ketus? Kulirik Kai, ia terlihat terkejut. Yah, kalau
diingat-ingat, aku memang tidak pernah berkata ketus atau dingin
padanya. Selalu lembut.
”Aku...ingin mengatakan sesuatu padamu..” Entah aku salah dengar atau apa, suaranya terdengar...gugup?
”Katakan
saja,” Aku duduk di atas ranjang, bersandar pada dinding. Kai duduk di
tepi ranjangku, menatapku dengan matanya yang sayu.
Kai
berkali-kali menjilat bibirnya, kebiasaannya kalau sedang gugup. Melihat
matanya, aku seperti mengetahui maksudnya. Tapi itu tidak mungkin.
Pasti hanya perasaanku saja. Aku tidak boleh terlalu ge-er begini.
”Hyung, apa kau masih...mencintaiku?”
Deg.
Dapat
kurasakan pipiku memanas. Kutundukkan kepalaku, pasti wajahku seperti
kepiting rebus sekarang. Kenapa Kai harus bertanya seperti itu?
”Jawab
aku, Hyung..” pintanya memelas. Oh Tuhan, ini benar-benar siksaan
bagiku. Aku semakin tidak berani mengangkat kepala, karena pasti yang
kulihat adalah wajah memelas Kai yang...imut.
Aku masih
bergelut dengan pikiranku sendiri saat tiba-tiba tangan Kai terjulur
meraih daguku dan mengangkat kepalaku perlahan. Mata kami langsung
bertatapan. Aku menelan ludah dengan susah payah. Sial, aku tidak bisa
mengalihkan pandanganku sedikit pun.
”Apa kau membenciku, Hyung?”
Mana mungkin aku membencimu, bodoh!?
”Baguslah. Kupikir kau membenciku karena kau tidak menjawab pertanyaanku.”
Mataku membulat mendengar ucapannya. Dan aku baru sadar kalau aku mengucapkan apa yang kupikirkan. Dasar Kyungsoo pabbo!
”Lalu, apa kau masih mencintaiku?”
Aku menelan ludah dengan susah payah sekali lagi, lalu mengangguk perlahan. Senyum Kai mengembang. Sungguh tampan...
”Hyung, bantu aku untuk melupakan perasaanku pada Luhan Hyung dan...menambah rasa cintaku padamu.”
Aku menatap Kai tidak percaya. Apa maksudnya ini? Perasaanku terbalas?
”Saranghaeyo, Kyungsoo Hyung..”
Detik berikutnya aku merasakan hangatnya pelukan seorang Kim Jong In.
### END ###